BacaJuga:Perlu Ada Sertifikasi Lembaga Amil Zakat. Ada sembilan syarat yang harus dimiliki ‘Amil Tafwidl yakni (1) orang yang merdeka (bukan budak) (2) laki-laki (3) mukallaf (4) adil dalam seluruh kesaksian (5) beragama Islam) (6) memiliki pendengaran yang baik (7) memiliki penglihatan yang baik (8) memahami dengan baik fiqih zakat (9 ArticlePDF AvailableAbstractThe Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 258 KOHESIVITAS PADA KELOMPOK JAMAAH TABLIGH Ikbar, Febri Nurrahmi, Hamdani M. Syam Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Syiah Kuala Email Ikbalcayung Abstrak Kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat unik dengan metode dakwah yang mereka lakukan yang melibatkan setiap anggota kelompok tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kohesivitas kelompok pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Groupthink dengan menggunakan konsep kohesivitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap lima orang anggota Jamaah Tabligh dan observasi partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan kohesivitas pada kelompok ini tergolong tinggi dilihat dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok didasari adanya kesamaan tujuan dalam dakwah. Kohesivitas ini mengindikasikan gejala groupthink yang tampak dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan dalam kelompok. Kata Kunci Kelompok, Kohesivitas, Jamaah Tabligh Abstract The Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Keywords Group, Cohesiveness, Jamaah Tabligh Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 259 Pendahuluan Dewasa ini dakwah yang terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat menghadirkan berbagai macam metode ijtihad dalam berdakwah yang dipopulerkan oleh banyak kelompok. Salah satunya adalah kelompok Jamaah Tabligh Supriyatno, 2017. Dalam dunia dakwah, Jamaah Tabligh banyak mengalami hambatan dan rintangan yang baik fisik ataupun mental. Di sisi lain, Jamaah Tabligh dipandang negatif karena dianggap melalaikan tugas keluarga. Karena metode dakwahnya yang berbeda dengan kelompok dakwah lainnya, Jamaah Tabligh sering kali dianggap sesat oleh masyarakat awam. Bahkan ada anggota Jamaah Tabligh yang sempat mengalami pengusiran dan ditolak oleh masyarakat Rahman, 2017. Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang berasal dari India. Jamaah Tabligh mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1952, tapi baru mulai berkembang pada tahun 1974 di wilayah Kebon Jeruk, tepatnya di Mesjid Jamik Kebon Jerok Zulfakar dalam Aulia, 2017, p. 27. Jamaah Tabligh telah berkembang di Indonesia yang mempunyai banyak pengikutnya yang tersebar di berbagai kota atau daerah, salah satunya Aceh. Di Aceh, Jamaah Tabligh sudah dikenal sejak tahun 1980. Pada tahun 2000, Montasik ditetapkan sebagai markas besar seluruh Aceh yang amirnya adalah Tengku Raudhi Mahdi dalam AuliaAulia, 2017, p. 28. Saat ini, pusat dakwah Jamaah Tabligh berada di desa Cot Goh yaitu sebuah desa di kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh besar. Hasil penelitian Aulia 2017 pada kelompok Jamaah Tabligh di Cot Goh, Aceh Besar, menunjukkan bahwa aktivitas Jamaah Tabligh tersebut berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist sehingga tidak terdapat kejanggalan ataupun hal-hal yang melenceng dari ajaran Islam. Di Desa Cot Goh ini, sistem koordinasi Jamaah Tabligh dijalankan untuk seluruh jamaah di Aceh. Pada setiap malam Jumat diadakan pertemuan yang dihadiri oleh anggota Jamaah Tabligh. Pertemuan itu disebut dengan uzlah, yakni pengasingan diri untuk beribadah kepada Allah dan belajar ilmu agama. Pelaksanaan ajaran agama, terutama dalam hal ibadah, sangat ditekankan kepada jamaahnya. Salah satu aktivitas dakwah yang dilakukan oleh jamaah adalah khuruj. Khuruj merupakan aktivitas jamaah yang dilakukan di luar lingkungan aslinya untuk berdakwah dan menebarkan ajaran Islam sebagaimana yang mereka yakini Sadiqin dalam Nisa, Husaini, dan Taher, 2017, p. 67. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 260 Konsep khuruj yang dilakukan bersama-sama menyebabkan tingginya intensitas komunikasi terjalin dan kohesivitas dalam kelompok ini. Muliawan 2013 dalam studinya tentang komunikasi kelompok pada The Jakmania UNJ menemukan bahwa komunikasi yang baik dan intensif yang dilakukan di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan kohesivitas kelompok. Kohesivitas tersebut terlihat dari kekompakan dan solidaritas yang terjalin di antara para anggota kelompok Muliawan, 2013. Kohesivitas merujuk pada keadaan saling suka dan ketertarikan di kalangan anggota di mana anggota bersatu dan punya keinginan untuk menjaga hubungan yang positif, dan ada perasaan esprit de corps Littlejhon dan Foss, 2016, p. 2009. Ruben dan Stewart 2013 mengatakan bahwa keterpaduan kelompok adalah kesatuan di mana anggota-anggota memperoleh semangat tim dan berkomitmen kepada kesejahteraan kelompok. Kohesi berasal dari sikap, nilai dan pola perilaku kelompok-kelompok di mana anggota-anggotanya saling tertarik dengan sikap, nilai dan perilaku anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif West dan Turner, 2008. Dalam konteks ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok dakwah yang di dalam kegiatan dakwah sehari-hari mereka sering terlibat interaksi satu sama lain, seperti khidmat terhadap muslim, makan bersama, belajar bersama, dan ibadah bersama. Hal ini merupakan rasa kebersamaan sekaligus mengindikasikan tingginya kohesivitas dalam kelompok tersebut. Kohesivitas yang tinggi menjadi anteseden groupthink dalam suatu kelompok. Janis 1982 mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang mendorong munculnya groupthink, yakni kohesivitas kelompok, faktor struktural, dan tekanan kelompok dalam West dan Turner, 2008. Groupthink menunjukkan suatu metode berpikir sekelompok orang yang kohesif solid untuk mencapai kata mufakat. Fenomena tersebut yang dijelaskan dalam teori groupthink oleh Irving Janis berusaha memaparkan keinginan suatu kelompok untuk mencari persetujuan dan mengambil keputusan yang sering kali mengabaikan pemikiran minoritas dan pandangan dari anggota yang berbeda pendapat demi pengambilan keputusan secara mayoritas Mulyana, 2005. Groupthink merupakan salah satu teori komunikasi yang diasosiasikan dengan dinamika komunikasi kelompok. Teori groupthink mencoba mengemukakan tentang rendahnya kepedulian anggota kelompok untuk menilai ide-ide alternatif dari para anggota selain ide mayoritas West dan Turner, 2008. Kelompok yang sangat kohesif biasanya terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 261 Kohesivitas Kelompok Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar Dimensi Kohesivitas ‱ Kekuatan sosial ‱ Kesatuan dalam kelompok ‱ Daya tarik ‱ Kerja sama kelompok baik dalam kelompok sehingga sering mengorbankan proses pembuatan keputusan yang baik Rakhmat, 2015. Dengan kata lain, anggota kelompok sering mengabaikan hal-hal yang ada di pikiran mereka demi menghindari konflik dan menyerahkan semua keputusan pada keinginan mayoritas, meskipun bertentangan. Pada studi ini, peneliti menggunakan teori Groupthink dengan fokus pada konsep kohesivitas sebagai anteseden dalam perilaku kelompok Groupthink. Semakin kuat kohesivitas semakin tinggi kecenderungan munculnya groupthink. Menurut Forsyth 1999, dimensi kohesivitas kelompok adalah kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok dalam Syahlendra, 2018. Penelitian tentang Jamah Tabligh sudah dilakukan sebelumnya Hasanah, 2014; Mustofa, 2016; Najmudin, 2015; Rahman, 2017; Sari, 2015; Supriyatno, 2017; Tarmizi., 2016. Sementara itu, penelitian tentang Jamaah Tabligh di Aceh belum banyak dilakukan Aulia, 2017; Nisa et al., 2017. Semua penelitian terdahulu lebih menekankan pada aktivitas dakwah Jamaah Tabligh, serta respons masyarakat terhadap kelompok Jamaah Tabligh. Belum ada penelitian mengenai Jamaah Tabligh yang melihat dinamika komunikasi pada kelompok tersebut. Oleh karena itu, studi ini ingin untuk menggambarkan kohesivitas kelompok yang terjadi pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Lamme Garot Aceh Besar. Dengan menggunakan teori groupthink, hasil penelitian ini mampu berkontribusi pada kajian komunikasi kelompok. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 262 Metode Penelitian Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sasaran utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh. Subjek penelitian ini yaitu anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi partisipan. Menurut Kriyantono 2006 mengatakan, pada teknik semi struktur pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Sementara untuk teknik observasi, penelitia melakukan observasi partisipan dalam kategori pasif. Maksudnya peneliti terlibat langsung dalam keseharian objek penelitian yang sedang diamati, akan tetapi peneliti tidak sepenuhnya terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Informan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih berdasarkan ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel Taher, 2009. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan informan atau subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Anggota yang masih aktif dalam kelompok Jamaah Tabligh Gampong Lamme Garot. 2. Anggota yang pernah mengikuti khuruj selama 3 hari, dengan pertimbangan akan adanya interaksi yang sering bersama ketika khuruj. 3. Anggota Jamaah Tabligh yang sudah bergabung minimal 1 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti mendapatkan lima informan untuk dijadikan subjek penelitian. Tabel 1. Profil Informan Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 263 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka hasil penelitian dianalisis berdasarkan empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik kelompok, dan kerja sama kelompok. Berikut merupakan deskripsi hasil penelitian berdasarkan keempat dimensi kohesivitas pada kelompok Jamaah Tabligh. Kekuatan Sosial Faktor yang membuat anggota Jamaah Tabligh kohesif adalah dorongan untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang dimaksud berasal dari diri sendiri dan anggota kelompok yang lainnya. Dorongan ini dapat dirasakan apabila individu memiliki alasan kuat dalam dirinya sendiri untuk berada di kelompok tersebut, sedangkan dorongan yang dihasilkan oleh sesama anggota kelompok dapat dirasakan apabila individu memiliki peran ataupun mendapat penilaian yang baik dan dirasa dapat memberikan efek yang positif pada kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dorongan-dorongan inilah yang menghasilkan sebuah kekuatan yang dinamakan kekuatan sosial. Pertama, adanya dorongan dari dalam dirinya. Dorongan itu kebanyakan datang dari dalam diri informan dengan tujuan bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini untuk meningkatkan iman. “Dorongan saya karna perasaan iman yang naik turun, karna semangat dalam agama harus dimulai dengan iman. Maka salah satunya cara untuk menaikkan iman maka bergabung dengan Jamaah Tabligh. Adalah keinginan untuk mengamalkan agama secara sempurna.” Rahmat Risky, wawancara, 12, Februari 2019 Alasan yang kedua yang disampaikan oleh informan yang membuat solid kelompok ini adalah dorongan berupa apresiasi yang didapat oleh setiap anggota kelompok dalam pembagian peran dan tugas. “Kadang-kadang kita jadi makmum dan kadang kadang kita menjadi amir, ini tidak satu ketentuan karena jamaah ini berjalan menurut hasil musyawarah, kalo kita diputuskan menjadi amir ketua dan kadang kita juga diputuskan untuk jadi anggota.”M. Mukhlis, wawancara, wawancara, 18 Februari, 2018 Kesatuan dalam Kelompok Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 264 memiliki perasaan kebersamaan Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Perasaan saling memiliki dalam kelompok juga disampaikan oleh informan. Informan merasa kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan tanggung jawab bersama untuk dijaga. “Saya merasa bahwa saya bertanggung jawab kepada kelompok ini karna mereka adalah keluarga yang dari kelompok ini yang awal mula saya coba berubah untuk ikut andil dalam menyebarkan dakwah.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari, 2019 Di tahap kekompakan ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat solid dalam berdakwah. Kekompakan ini dapat kita lihat dari cara mereka berdakwah secara berjamaah. Di samping itu, hampir semua kegiatan yang dilakukan kelompok Jamaah Tabligh secara berjamaah, seperti jaulah, musyawarah, makan berjamaah, khidmad, dan identitas mereka menunjukkan kekompakan mereka. Kelompok ini tidak bicara perkara khilafiyah, politik yang dapat memecah belah kelompok dan menjadi beda pandangan dalam berdakwah. Selain itu, kelompok Jamaah Tabligh menjaga anggota mereka dari pembicaraan politik dalam aktivitas dakwah. “Kelompok Jamaah Tabligh ini sangat luar biasa kompaknya karna kelompok ini tidak bicara masalah dunia, jabatan, khilafiyah, perbedaan pendapat. Kita hanya bicara hanya penting iman dan amal saleh, ajak orang untuk taat pada Allah, bicara tentang tauhid, tentang ibadah mengagungkan Allah dan rasulNya, maka tidak lari dari pada itu insyallah kelompok ini kompak sampai hari kiamat.” M. Mukhlis, wawancara, 18 Februari 2018 “Kekompakan yang ada dalam kelompok ini tentu sangat kuat, seperti kita bisa lihat bahwa kelompok ini sangat mengutamakan ukhuwah dan mengutamakan dakwah dengan lemah lembut. Sehingga banyak preman-preman yang taubat sebab dakwah kelompok ini. Kekompakannya seperti ketika berdakwah selalu dimualai dengan musyawarah, kemudian kekompakan dalam kelompok ini adalah khidmad kepada seluruh umat Islam. Kita makan selalu berjamaah dalam satu wadah seperti contoh makan nabi, tahajud bersama, dakwah bersama, dan silaturrahim kepada setiap anggota kelompok lainnya.” Maulidin, wawancara, Maret 2019 Kesatuan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini juga sangat kuat. Berdasarkan pengakuan informan, kesatuan dalam kelompok tersebut ditunjukkan dengan loyalitas yang kuat dari anggota kelompok Jamaah Tabligh ini. “Loyalitas kepada kelompok Jamaah Tabligh ini sangat-sangat besar. Bisa dikatakan loyalitas saya dalam kelompok ini bahwasanya tugas saya dalam Jamaah Tabligh ini adalah tugas sampai mati bahkan niat sampai hari kiamat. Bisa dikatakan dakwah maksud hidup, hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah itulah maksudnya dalam kelompok Jamaah Tabligh.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 265 Daya Tarik Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada melihat dari anggotanya secara spesifik. Maksudnya di sini adalah individu akan melihat kelompoknya secara luas atau secara general dibandingkan melihat anggota di dalam kelompoknya tersebut secara spesifik. Kelompok dengan tingkat kohesivitas yang tinggi akan lebih mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri dibandingkan dengan ego pribadi ataupun ego anggota kelompoknya secara spesifik Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018. Keluarga bagi kelompok Jamaah Tabligh juga merupakan prioritas, namun mereka juga selalu memberikan pemahaman kepada keluarganya bahwa usaha dakwah ini adalah menuju kebahagiaan yang sejati. Maka dakwah ini berjalan juga bergantung pada iman, jika iman turun maka saat itu semangat dakwah anggota Jamaah Tabligh tersebut lemah. “Kalo masalah ini biasanya ini masalah iman, apabila iman kita meningkat lebih tinggi maka kita tentu akan lebih memilih berdakwah daripada urusan dunia walaupun keluarga. Tapi apabila iman kita melemah acara keluarga kadang-kadang masalah keluarga ini urusan dunia jadi pasti hati kita, bisikan-bisikan banyak pasti kita akan memilih urusan keluarga dahulu, tergantung pada iman nantinya dan apabila urusan keluarga ini harus menaati ibu maka pastilah dahulukan ibu dulu dari pada berdakwah.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Ketertarikan anggota Jamaah Tabligh untuk bergabung dalam kelompok ini bukan karena individu. Menurut mereka watak setiap individu itu berbeda-beda, jadi mereka lebih tertarik pada kelompoknya secara luas dan tertarik pada tugas yang ada pada kelompok ini yaitu dakwah. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh ini yang membuat hidup mereka bahagia. “Saya sangat tertarik pada kelompoknya karna dalam kelompok ini tidak pernah berbicara tentang pangkat jabatan, tidak pernah bicara politik praktis dalam luar negeri, dan aib masyarakat . Kelompok ini lebih fokus pada mewujudkan agama secara sempurna yang telah ditunjukkan oleh rasullah dalam diri pribadi, keluarga dan seluruh umat. Sehingga menyebabkan tidak ada benturan-benturan dengan kelompok mana pun dan organisasi mana pun. Karna yang dibicarakan asas pada agama yaitu kehidupan Nabi Muhammad.” Rahmat Risky, wawancara, 12 Februari 2018 Ketika ada suatu masalah terjadi dalam kelompok, maka anggota kelompok Jamaah Tabligh akan cenderung melihat hal itu pada individu anggotanya. Menurut mereka ketika ada masalah yang ditunjukkan kepada kelompok Jamaah Tabligh ini maka mereka menganggap bahwa dari segi individunya yang perlu dilihat terlebih dahulu. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 266 “Saya lebih melihat kepada individu, begitulah adab-adab usul ataupun aturan yang tidak tertulis. Dan aturan itu sama dengan Jamaah Tabligh seluruh dunia, adapun ketika ada yang salah maka tidak salah aturannya, yang salah bukan kelompoknya karna kelompoknya sudah mengatur sedemikian rupa agar tertib dakwah yang diajarkan oleh Rasulullah itu dijalankan dengan baik. Ketika tidak dijalankan maka bukan tertibnya yang salah tapi anggotanya yang salah karna belum mempraktikkannya dalam usaha dakwah yang dia lakukan.” Rahmat Risky, wawancara,12, Februari 2018 Kerja Sama Kelompok Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Pada tingkat kohesi yang tinggi, keinginan setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan sesamanya berada pada tahap yang tinggi pula, tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dalam suatu kelompok yang memiliki kohesivitas yang kuat tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat kompak dalam usaha dakwah. “Dalam kelompok ini, banyak hal-hal yang dapat meningkatkan keakraban seperti itu, seringnya kita jaulah, lalu seringnya kita iktikaf dan seringnya kita khuruj di situ kita diajarkan bagaimana kita khidmad, kita di situ juga terangkul dengan makan bersama atau disebut tajammu’ dan juga kita di situ tidur sama-sama di mesjid. Karna frekuensi kebersamaan udah sering, sama-sama belajar dan sama-sama iktikaf di mesjid maka hal-hal tersebut yang meningkatkan keakraban dari kita semua.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari 2019 Berdasarkan analisis terhadap empat dimensi kohesivitas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kohesivitas pada kelompok Jamah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar tergolong tinggi. Kohesivitas dilihat dari keakraban dalam kelompok Jamaah Tabligh. Elemen pertama yang menjadi tolok ukur kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh adalah kekuatan sosial. Ketika mereka sudah mengatakan bahwasanya dengan mengikuti kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk mengamalkan agama secara sempurna, dikarenakan iman yang naik turun tiap harinya maka mereka menjaganya dengan cara bergabung dalam kelompok Jamaah Tabligh agar selalu taat dalam dakwah untuk menjaga iman. Dorongan untuk bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh itu murni datang dari dalam diri setiap anggota untuk memperbaiki kondisi iman yang naik turun. Informan penelitian ini awal mulanya bukan seorang yang taat beragama. Namun setalah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh maka timbul semangat dalam Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 267 beragama yang menggebu-gebu, itu bisa dilihat dari perubahan cara berpakaiannya yang drastis, kalau sebelum bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh masih memakai kaos dan setelah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh informan tersebut selalu menggunakan jubah. Tujuan utama mereka bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk dakwah agama khususnya bagi dirinya sendiri dan kemudian kepada umat Islam keseluruhan. Dalam setiap dakwah, mereka selalu diingatkan untuk selalu memperbaharui niat karena Allah semata sebagai tujuan dari dakwah yang mereka lakukan. Ketika mereka diberikan tugas oleh amir dakwah ke suatu tempat maka mereka akan mematuhi perintah tersebut. Ketika mereka berdakwah ke suatu daerah yang terpencil maka mereka juga akan diberikan apresiasi berupa pengakuan oleh anggota kelompoknya sebagai pejuang agama Allah yang tangguh. Menurut pengamatan peneliti, anggota-anggota yang bersungguh-sungguh dalam usaha dakwah sangat diapresiasi. Elemen kedua yaitu kesatuan dalam kelompok. Menurut penjelasan dari pada informan, mereka sangat bertanggung jawab dalam amanah menyebarkan dakwah ini. Bahkan kelompok Jamaah Tabligh ini sudah dianggap sebagai keluarga dunia dan akhirat bagi setiap anggota. Kelompok Jamaah Tabligh sangat kompak dan terhindar dari perbedaan pendapat antar sesama anggotanya dikarenakan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini dilarang berbicara masalah politik dan khilafiyah dalam dakwah. Informan sangat loyal terhadap kelompok Jamaah Tabligh ini, bahkan tujuan mereka dalam dakwah Jamaah Tabligh ini adalah tugas yang akan dipegang sampai mati oleh setiap anggota. Elemen ketiga adalah daya tarik yang ada pada setiap anggota pada kelompok Jamaah Tabligh. Informan dalam penelitian ini lebih memilih urusan dalam kelompok Jamaah Tabligh daripada urusan keluarga yang tidak penting kecuali urusan keluarga itu menyangkut dengan maksiat kepada Allah seperti taat kepada orang tua, maka taat kepada orang tua merupakan bagian dari jihad dalam berdakwah. Informan lebih tertarik melihat kelompok Jamaah Tabligh ini secara keseluruhan dibanding hanya melihat pada personal anggotanya. Alasannya karena mereka cenderung kepada kekompakan kelompok dibanding memilih untuk melihat pada personal anggota kelompok. Ketika terjadi masalah maka mereka akan melihat pada individu kelompoknya apakah sudah mengikuti aturan kelompok, maka kelompok Jamaah Tabligh sangat menekankan pada kekompakan dan persatuan dalam kelompok. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 268 Elemen keempat dalam kohesivitas yaitu kerja sama dalam kelompok. Kerja sama yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini sangat erat dikarenakan mereka selalu berdakwah secara bersama. Informan dalam penelitian ini menyebutkan banyak kerja sama dalam kelompok Jamaah Tabligh salah satunya adalah dakwah, dan yang paling membuat akrab yaitu ketika khidmat dalam kelompok seperti saling bantu-membantu dalam dakwah, makan bersama, tidur bersama dan memerhatikan anggota kelompok yang sedang berjamaah keluar negeri selama empat bulan dengan memberikan makan dan menjenguk untuk memberikan kebahagiaan. Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, yaitu dengan observasi partisipatif bahwa setelah peneliti mengamati kelompok Jamaah Tabligh dan menemukan ada beberapa aktivitas dari kelompok Jamaah Tabligh yang dapat menimbulkan kohesivitas pada kelompok. Adapun beberapa kegiatan tersebut adalah seperti makan berjamaah dalam satu talam atau tempat makan tanpa jijik sedikit pun, kemudian saling memijat badan ketika selesai dakwah untuk menghilangkan kelelahan antar sesama anggota Jamaah Tabligh, dan musyawarah dalam kegiatan dakwah. Berdasarkan hasil observasi peneliti maka kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh sangat padu. Ditinjau dari segi komunikasi maka kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan bentuk komunikasi kelompok di mana di dalamnya ada interaksi tatap muka antara tiga atau lebih, dengan tujuan yang sudah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya yang lain secara cepat Burgon dalam Wiryanto., 2005. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah temuan bahwa kesamaan visi serta kecintaan dalam dakwah menjadi faktor penentu tingginya kohesivitas dalam kelompok Jamah Tabligh tersebut. Hal ini sejalan dengan McShane dan Von Glinow 2003 yang menyebutkan bahwa faktor kesamaan mempengaruhi tingkat kohesivitas di dalam suatu kelompok. Dalam konteks ini, agama khususnya keinginan untuk berdakwah menjadi kesamaan antar anggota kelompok Jamaah Tabligh Syahlendra, 2018, pp. 39-40. Akan tetapi, kohesivitas yang terjalin dalam kelompok ini menunjukkan gejala groupthink. Gejala groupthink muncul terlihat di lingkup para anggota presidium ketika melakukan kegiatan-kegiatan untuk proses pengambilan keputusan, khususnya pada saat musyawarah. Para anggota kelompok cenderung mencari mufakat dalam pengambilan keputusan. Sehingga antar anggota Jamaah Tabligh cenderung malu dan takut Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 269 mengeluarkan pendapat mereka karena takut tidak diterima oleh pemimpin. Hasil penelitian ini sejalan dengan asumsi teori Groupthink dalam West dan Turner, 2008 bahwa kohesivitas kelompok yang tinggi akan mengarah pada groupthink di mana anggota kelompok cenderung untuk mencapai kata mufakat adanya kebulatan suara saat merumuskan satu keputusan di dalam kelompok sehingga mengabaikan pendapat alternatif dari anggota kelompok. Penutup Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa adanya kohesivitas yang tinggi dalam kelompok Jamaah Tabligh yang membuat kelompok ini semakin kompak dan akrab dalam berdakwah. Kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh di ukur dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kesatuan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik, dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok tersebut didasari oleh kesamaaan untuk berdakwah secara bersama-sama hingga mati. Anggota Jamaah Tabligh ini menganggap bahwa dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha dakwah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh mengarah pada gejala groupthink yang terlihat pada saat musyawarah untuk pengambilan keputusan. Daftar Pustaka Aulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from Hasanah, U. 2014. Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh. Jurnal Indo-Islamika, 41, 21-44. Kriyantono, R. 2006. Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta PT. Kencana Perdana. Littlejhon, S. W., & Foss, K. A. 2016. Ensiklopedia Teori Komunikasi. Jakarta Kencana. McShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Hill. Muliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from Mulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Karya. Mustofa, M. B. 2016. Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh dikalangan Wanita dalam pebinaan keluarga Muslim di Kota Bandar Lampung. Thesis, Institut Agama Islam Negri Raden Intan Lampung, Lampung. Retrieved from Najmudin, M. 2015. Strategi Jama‟ah Tabligh untuk Mempertahankan Eksistensinya atas Respon dari Globalisasi di Inggris. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Retrieved from Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 270 Nisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21. Rahman, A. 2017. Pengaruh Metode Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Peningkatan Shalat Berjamaah Anggotanya Di Kasomberang Pacci’nongan Kabupaten Gowa. Skripsi, UIN Alauddin Makassar, Makassar. Retrieved from Rakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda Karya. Ruben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Persada. Sari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from Supriyatno, E. 2017. Jamaah Tabligh Yogyakarta 19188-2014 studi sejarah dan aktivitas keagamaan. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Retrieved from Syahlendra, R. 2018. Gejala Grouphink Pada Organisasi Mahasiswa Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groupthink Pada anggota Presidium Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. Retrieved from Taher, A. 2009. Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh Syiah Kuala University Press. Tarmizi. 2016. Metode Dakwah Jamaah Tabligh dalam meningkatkan Silaturrahmi dengan Masyarakat. Skripsi, Universitas Islam Negri Sultan Syarief Kasim, Riau. West, R., & Turner, H. L. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta Salemba Humanika. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta PT. Grasindo Anggota IKAPI. ... Kata jamaah tabligh dimaknakan sebagai "kelompoj penyampai". Dalam Bahasa Urdu di sebutkan dengan istilah â€«ŰŹÙ…Ű§ŰčŰȘ‬ ‫ŰȘŰšÙ„ÙŠŰș‬ dalam Bahasa Arab disebutkan â€«Ű§Ù„ŰȘŰšÙ„ÙŠŰș‬ ‫,ŰŹÙ…Ű§Űč۩‏ kemudian mereka juga dikenal dengan kelompok pendakwah yang tidak hanya melakukan secara mimbar juga secara social Ikbar et al., 2019. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... "Sacrifice" As Form of DakwahHarifuddin Halim 1 , Ahmad Usman 2 , Asmirah 3 , Muhammad Masdar 4 56 There are many studies on Jamaah Tabligh groups in various perspectives, such as research by Kurniati and Harifuddin on Jamaah Tabligh Da'wah Communication Abidin & Halim, 2019. Abdillah's research Abdillah, 2018 about the influence of the preaching of the tabligh congregation in development in Lombok, research by Ikbar, et al on the social cohesiveness of the Tabligh Jamaah group in Malang City Ikbar et al., 2019. However, research on the application of the concept of sacrifice in this group has not been done and it is interesting to explore and study. ...Harifuddin HalimAhmad UsmanAsmirah AsmirahMuhammad MasdarThis study aims to reveal the forms of sacrifice as a model of preaching carried out by members of the Tabligh group. They do this as a manifestation of their belief in the Islamic religion that they profess. This study used a quantitative method with a survey approach to the Tablighi group. This approach is appropriate in expressing one focus of study, namely sacrifice as a model for group da'wah. The data was collected using a questionnaire to 25 members of the Tabligh group related to the 'sacrifice' da'wah model they carried out. The results showed the form of sacrifice as a model of da'wah in their beliefs in the form of sacrifice of time, sacrifice of work, sacrifice of family, sacrifice of wealth, sacrifice of self, and sacrifice of feelings. They think all of these things are material that must be sacrificed to get a reward from Allah SWT.... Pada tingkatan kohesi yang tinggi, keinginan daripada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya berada pada tahapan yang tinggi juga, sehingga tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompok. Tentu jika dalam suatu kelompok mempunyai tingkat kohesivitas yang kuat, maka sudah barang tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut Ikbar et al., 2019. Kohesivitas kelompok mahasiswa yang bermukim diperkotaan dapat dilihat dari organisasi yang mereka ikuti, baik itu organisasi internal kampus maupun eksternal kampus seperti organisasi perkumpulan mahasiswa perantau. ...Murniati Mohammad SalehudinThis study aimed to find out how the cohesive profile of student groups living in urban areas is. This research uses a qualitative approach to literature Library Research, namely by collecting data related to the theme of the research problem using Google Scholar and set 24 journal articles as data sources, then analyzed with descriptive qualitative. The results of the study found that the mobility of people moving to the city was unavoidable. It was the movement of students to continue their higher education in urban areas, approaching the college campus while students were studying. Group cohesiveness is an essential part for students who live in urban areas. Students are expected to be able to establish interactions between their fellow groups in order to achieve the group's goals. The cohesiveness of student groups living in urban areas can be seen from the organizations they participate in, both internal and external campus organizations. The level of cohesiveness will significantly affect organizational commitment. It depends on how far the group's goals are similar to the organization. Group cohesiveness is established through interactions in the form of good communication between group members. The existence of mutual liking and having a sense of mutual interest will make the group ÂAbdul KarimThis paper aims to find out the practice of khuruj fi sabilillah as a Sufism movement run by Jamaah Tabligh and to know the style of the khuruj fi sabilillah movement from the perspective of the Islamic renewal movement in the city of Palembang. This research is field research with primary data sources from observation, interviews, and documentation. Meanwhile, in data analysis techniques, the authors use the method proposed by Miles and Huberman. This study found that the tablighi congregation presented a new typology in the Islamic renewal movement moderate radicalism with a Sufistic nuance. This study also found new facts, namely three periods of movement; the introduction period 1965-1985, consolidation period 1985-1992, and expansion period 1992-present. The teachings of Sufism carried out by Jama'ah Tabligh are believing in and realizing the essence of the sentence of thayyibah, khusyu' and khudu' prayers, knowledge, and remembrance, glorifying Muslims, improving intentions, and da'wah ilallah. This research is expected to make an academic contribution to the treasures of Islamic science, especially in the field of Sufism. It is expected to be able to enlighten the public about the Sufism movement or khuruj fi sabilillah, which the Tablighi Jamaat runs. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui praktik khuruj fi sabilillah sebagai gerakan sufisme yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh serta mengetahui corak gerakan khuruj fi sabilillah perspektif gerakan pembaharuan Islam di kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan sumber data primer yang dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data, penulis meggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini menemukan bahwa jama’ah tabligh menampilkan tipologi baru dalam gerakan pembaharuan Islam, yaitu radikalisme-moderat yang bernuansa sufistik. Penelitian ini juga menemukan fakta baru, yaitu tiga periodisasi gerakan; periode perkenalan 1965-1985, periode konsolidasi 1985-1992, dan periode ekspansi 1992-sampai sekarang. Adapun ajaran tasawuf yang dijalankan oleh Jama’ah tabligh ialah meyakini dan mewujudkan hakikat kalimat thayyibah, salat khusyu’ dan khudu’, ilmu dan zikir, memuliakan umat muslim, memberbaiki niat, dan dakwah ilallah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi khazanah ilmu keislaman khususnya di bidang ilmu tasawuf serta diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang gerakan sufisme atau khuruj fi sabilillah yang dijalankan oleh Jamaah EndariyantonoEffy Wardati MaryamThis study aims to identify and provide an explanation of the description of group cohesiveness in the Sidoarjo mangan community. This research method is descriptive quantitative with the subject of volunteer members in the Sidoarjo mangan community, totaling 138 people. Determination of the subject using a saturated sampling technique. Saturated sampling technique is a sampling technique when all members of the population are used. The variable in this study is group cohesiveness. The data collection in this study used a psychological preparation scale, namely the Likert scale for the group cohesiveness variable made by the researcher. Analysis of the data in this study using the help of SPSS forum windows and Microsoft Excel. The results of data analysis showed that volunteer members of the Sidoarjo mangan community had group cohesiveness in the medium category with a percentage value of which means that volunteer members were able to bring about group cohesiveness when they were in the Sidoarjo mangan community. Abrar AbrarCovid-19 pandemic, which struck the world globally and rapidly, has caused significant fatalities. The government has implemented strict health protocols to suppress the spread of coronavirus. The reckless attitude of Tablighi Jamaat to hold “ijtima” amidst the massive spread of the virus is considered as an anomaly in preventing the Covid-19 pandemic and contradicts with the Fatwa of MUI Indonesian Ulama Council No. 14 of 2020 regarding the Implementation of Worship during Covid-19 Condition. This paper aims to find out the attitude of Tablighi Jamaat toward pandemic from the perspective of ឍarĆ«rah Naáș“ariyyat al-ᾌarĆ«rah theory by Wahbah al-Zuáž„aylÄ«. The writer gives a critical note of the arguments expressed by the Tablighi Jamaat and trying to show a more enlightening reconstruction of the fiqh Islamic law paradigm. The results of the study show that Tablighi Jamaat is a religious group that does not care about Covid-19. This attitude was triggered by the assumption that the existence of coronavirus is still in doubt. The doubt generates the understanding of fiqh that has not considered the corona issues as the udhr category, which allows rukháčŁah and abort the original law aáș“Ä«mah, either in mashaqqah or ឍarĆ«rah. The article assumes that the religious group’s narration that ignored the Covid-19 gives its members the feeling of peace and comfort, but it is counter-productive with the attempt to prevent the spread of Covid-19. It is necessary to reconstruct the fiqh paradigm to bring together science and religion, which is marked by the application of religious reasoning and sciences at the same time. Arianto AriantoThe purpose of this study was to understand the cohesiveness of the da'wah communication of veiled women in the guidance of Islamic teachings. It closely relates the perception of cohesiveness to the sensation component of the collectivity of group members. For example, communication, collectivity, cooperation, common goals, and interdependence of group members. The research method used is descriptive qualitative, case study research type. The subject of the study were 6 female informants, representatives of Hasanuddin University students who wore a veil in their daily life. The collected data were analyzed inductively. The result that the cohesiveness of veiled women's dakwah communication includes aspects of interpersonal communication cohesiveness, commitment cohesiveness, and cohesiveness aspects of achieving common goals. This aspect of cohesiveness focuses his life on life after death. This also makes them have a strong, cooperative, and sincere character together. The cohesiveness of da'wah communication to continually learn with Islam. It veils the research implication of the cohesiveness of women on equality for preaching, da'wah is the purpose of life so it unites them in da'wah penelitian ini adalah untuk memahami kohesifitas komunikasi dakwah kelompok wanita bercadar dalam tuntunan ajaran Islam. Persepsi kohesifias sangat terkait dengan komponen sensasi kolektifitas anggota kelompok. Seperti, komunikasi, kolektifitas, kerjasama, tujuan bersama, dan saling ketergantungan anggota kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, tipe penelitian studi kasus case study. Subjek penelitian wanita bercadar sebanyak 6 informan, representatif mahasiswi Universitas Hasanuddin yang mengenakan cadar dalam keseharian. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis secara induktif. Hasil penelitian bahwa kohesivitas komunikasi dakwah wanita bercadar meliputi aspek kohesifitas berkomunikasi interpersonal, aspek kohesifitas berkomitmen, dan aspek kohesifitas pencapaian tujuan bersama. Aspek kohesifitas ini memfokuskan kehidupannya untuk kehidupan sesudah mati. Hal ini juga menjadikan mereka memiliki karakter bersama yang kuat, bekerjsama, dan ikhlas. Kohesifitas komunikasi dakwah dalam upaya keinginan belajar bersama Islam secara terus menerus. Impilikasi penelitian kohesifitas wanita bercadar pada kesamaaan untuk berdakwah, dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha Bisri MustofaSince the emergence of the Transnational Da'wah Movement such as the TablighiJama'at, it has created contradictions about the Law of Providing both birth and mentalityto the family left in the Khuruj fii sabilillah program Exiting the Way of Allah to preachthe ummah from house to house, mosque to mosque, inviting listen to Muslims religiouslectures and invite to pray in congregation in the mosque. From the development ofJama'ah Tabligh's missionary movement in Indonesia, this movement has experiencedquite rapid development. Not only is the movement that has a strong community, it ismarked by the presence of da'wah markers da'wah centers in each of the Provinces andDistricts of the City. But in the development of the da'wah movement there are severalthings that become contradictions in the family, in this case the provision of income forchildren and wives who are left behind when their head of household implements Khurujfii sabilillah for 3 days, 40 days and 4 months. Therefore, this paper takes the theme of theLaw of Livelihood Against Families in the Tabligh Jama Da'wah Movement in acomprehensive HasanahJamaah Tabligh is a transnational preaching movement that originated in India. The movement was introduced to Indonesia in 1970s and established Masjid Jami’ in Kebon Jeruk Jakarta as its headquarters. The members of Jamaah Tabligh referred to kitab Fadailul A’mal which teaches innovations in Islamic propagations. Some of their preaching traditions included outdoor preaching khuruj dan khillah and the method to invite people to do good deeds Jaulah. They have Amir as their leader and use the mosque as their center of da’wa activities. Using Diffusion of Information and Influence Theory, the article discusses the existence of the Jamaah Tabligh community and the public’s responses toward the Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot GohM AuliaAulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from McshaneM Von GlinowMcShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. ThesisT MuliawanMuliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from komunikasi Suatu pengantarD MulyanaMulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarK NisaHusainiA TaherNisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21.Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda KaryaJ RakhmatRakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo PersadaB D RubenL StewartRuben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Islam Negeri Raden PatahN SariSari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan instruksi kepada seluruh pengurus wilayah, daerah, cabang, dan ranting agar segera melaksanakan Musyawarah Wilayah (Musywil), Musyawarah Daerah (Musyda), Musyawarah Cabang (Musycab), dan Musyawarah Ranting (Musyran). Menurut Agung Danarto, pelaksanaan musyawarah di

Por que orar? VocĂȘ deve orar? Para responder oraçÔes Deus nĂŁo precisa fazer milagres. SerĂĄ que Deus ouve nossas oraçÔes? A BĂ­blia nos garante que Deus ouve nossas oraçÔes quando oramos do jeito que ele espera. Oração — por quĂȘ? Poucos assuntos na BĂ­blia despertam tanto interesse e curiosidade. Mas Ă© mesmo necessĂĄrio orar? Por que orar? SerĂĄ que Deus vai me responder? Se Deus vai responder Ă s suas oraçÔes ou nĂŁo dependerĂĄ muito de vocĂȘ. Como orar O que podemos fazer para Deus ouvir nossas oraçÔes? VocĂȘ pode falar com Deus em qualquer lugar e a qualquer hora, em voz alta ou em silĂȘncio. Jesus nos ensinou sobre que assuntos podemos orar. O que a BĂ­blia diz sobre oração? SerĂĄ que Ă© correto orar a anjos ou a santos? Pelo que posso orar? Descubra por que nossos assuntos pessoais nĂŁo sĂŁo insignificantes para Deus. Continue orando para receber as bĂȘnçãos de Deus De que maneira nĂłs podemos orar para que Deus nos ouça e nos abençoe? Por que algumas oraçÔes nĂŁo sĂŁo atendidas? Assim como um pai amoroso, Deus fica feliz em ouvir nossas oraçÔes. Mas ele atende a todos os nossos pedidos? Por que Deus nĂŁo responde a algumas oraçÔes? Saiba que tipo de oraçÔes Deus nĂŁo responde e que tipo de pessoas Deus nĂŁo ouve. Devemos orar a Jesus? O prĂłprio Jesus respondeu a essa pergunta. Por que orar em nome de Jesus? Veja por que Deus Ă© honrado quando oramos em nome de Jesus e como podemos mostrar respeito por ele. Devo orar aos santos? Saiba o que a BĂ­blia diz sobre a quem devemos orar.

doktrin imñmah dan jama’ah (yaitu Bai’at, Amir, Jama’ah, dan Taat) dari seorang Jama’at al-Muslimin Hizbullah, yaitu Wali al-Fatah, yang dibai’at pada tahun 1953 di Jakarta oleh para jama’ah termasuk sang Madigol sendiri. Pada waktu itu Wali al-Fatah adalah kepala biro politik Kementerian Dalam Negeri RI (jaman Bung Karno). 3.
ï»żQuestion What is the ruling on the 40 days and 4 months to the different parts of the world to call Muslim brothers towards the duties of Islam? Summary of answer Jama’at al-Tabligh is one of the groups that are working for Islam. Their efforts in calling people to Allah cannot be denied. But like many other groups they make some mistakes, and some points should be noted concerning them. For more, see the detailed answer. Answer What is Jama'at al-Tabligh? Mistakes of Jama'at al-Tabligh Fatwas on Jama'at al-Tabligh Praise be to is Jama'at al-Tabligh? “Jama’at al-Tabligh ” is one of the groups that are working for Islam. Their efforts in calling people to Allah da’wah cannot be denied. But like many other groups they make some mistakes, and some points should be noted concerning them. Mistakes of Jama'at al-Tabligh These points may be summed up as follows, noting that these mistakes may vary within this group, depending on the environment and society in which they find themselves. In societies in which knowledge and scholars are prevalent and the madhhab of Ahl al-Sunnah wa’l-Jama’ah is widespread, the mistakes are much less; in other societies these mistakes may be greater. Some of their mistakes are 1 – Not adopting the aqidah of Ahl al-Sunnah wa'l-Jama'ah. This is clearly seen from the variations in the aqidah of some of their members and even of some of their leaders. 2 – Their not paying attention to shar’i knowledge. 3 – Their misinterpretation of some Quranic verses in a manner that was not intended by Allah. For example they interpret the verses on jihad as referring to “going out for da’wah”. The verses which mentioned the word khuruj going out etc. are interpreted by them as meaning going out for da’wah. 4 – They make their system of going out for da’wah an act of worship. So they started to misquote the Quran to support their system which specifies certain numbers of days and months. This system, which they think is based on evidence from Quran, is widespread among them in all countries and environments. 5 – They do some things that go against shari’ah, such as appointing one of them to make du'a for them whilst the group goes out for da’wah, and they think that their success or failure depends on whether or not this man was sincere and his du'a accepted. 6 – Da’if weak and mawdu’ fabricated ahadeeth are widespread among them, and this is not befitting for those who aim to call people to Allah. 7 – They do not speak of munkarat evil things, thinking that enjoining what is good is sufficient. Hence we find that they do not speak about evils that are widespread among the people, even though the slogan of this ummah – which they continually repeat – is “Let there arise out of you a group of people inviting to all that is good Islam, enjoining Al-Maruf Islamic Monotheism and all that Islam orders one to do and forbidding Al-Munkar polytheism and disbelief and all that Islam has forbidden. And it is they who are the successful” [Aal Imran 3104 – interpretation of the meaning] The successful are those who enjoin what is good and forbid what is evil, not just those who do only one of the two. 8 – Some of them fall into self-admiration and arrogance, which leads them to look down on others, and even to look down on the scholars and describe them as inactive and sleeping, or to show off. So you find them talking about how they went out and travelled, and they saw such and such, which leads to unfavourable results, as we have mentioned. 9 – They regard going out for da’wah as better than many acts of worship such as jihad and seeking knowledge, even though those things are obligatory duties, or may be obligatory for some people but not others. 10 – Some of them audaciously issue fatwas, and discuss tafsir and hadith. That is because they allow each one of them to address the people and explain to them. This leads to them speaking audaciously on matters of shari’ah. So they inevitably speak of the meaning of a ruling, hadith or verse when they have not read anything about it, or listened to any of the scholars. And some of them are new Muslims or have only recently come back to Islam. 11- Some of them are negligent with regard to the rights of their children and wives. We have discussed the seriousness of this matter in the answer to question no. 3043 . Hence the scholars do not allow people to go out with them, except for those who want to help them and correct the mistakes that they have fallen into. We should not keep the people away from them altogether, rather we must try to correct their mistakes and advise them so that their efforts will continue and they will be correct according to the Quran and Sunnah. Fatwas on Jama'at al-Tabligh There follow the fatwas of some of the scholars concerning Jama'at al-Tabligh 1 – Shaykh Abd al-Aziz ibn Baz said “Jama'at al-Tabligh do not have proper understanding of the issues of aqidah, so it is not permissible to go out with them, except for one who has knowledge and understanding of the correct aqidah of Ahl al-Sunnah wa'l-Jama'ah , so that he can guide them and advise them, and cooperate with them in doing good, because they are very active, but they need more knowledge and someone who can guide them of those who have knowledge of Tawheed and the Sunnah. May Allah bless us all with proper understanding of Islam and make us steadfast in adhering to it.” *Majmu’ Fatawa al-Shaykh Ibn Baz, 8/331 2 – Shaykh Salih al-Fawzan said “Going out for the sake of Allah does not refer to the kind of going out that they mean nowadays. Going out for the sake of Allah means going out to fight. What they call going out nowadays is a bid’ah innovation that was not narrated from the salaf. Going out to call people to Allah cannot be limited to a certain number of days, rather one should call people to Allah according to one's abilities, without limiting that to a group or to forty days or more or less than that. Similarly the da’iyah must have knowledge. It is not permissible for a person to call people to Allah when he is ignorant. Allah says interpretation of the meaning “Say O Muhammad This is my way; I invite unto Allah to the Oneness of Allah — Islamic Monotheism with sure knowledge” [Yusuf 12108], with knowledge, because the caller must know that to which he calls people, what is obligatory, mustahabb, haram and makruh. He has to know what shirk, sin, kufr, immorality and disobedience are; he has to know the degrees of denouncing evil and how to do it. The kind of going out that distracts people from seeking knowledge is wrong, because seeking knowledge is an obligation, and it can only be achieved by learning, not by inspiration. This is one of the misguided Sufi myths, because action without knowledge is misguidance, and hoping to acquire knowledge without learning is an illusion.” Thalath Muhadarat fi’l-Ilm wa’l-Da’wah And Allah knows best. Answer. Praise be to Allah, the Lord of the Worlds; and may His blessings and peace be upon our Prophet Muhammad and upon all his Family and Companions. We do not know of a Fatwa by Ibn Baz (Rahimahu Allah) in which he forbids going out with the Tablighi Jamah. On the contrary, we notice in his Fatawa that he incites to cooperate with them and Inilah kesesatan jamaah tabligh, kalimat rahasia jamaah tabligh dalam berdakwah, antara kenyataan dan pengakuan. "KALIMAT RAHASIA JAMA’AH TABLIGH" Inilah Kesesatan Jamaah Tabligh 1 - Sudah ma’lum bahwa jama’ah tabligh disingkat JT memiliki 6 dasar atau rukun dakwah, yang di atas 6 rukun inilah para pengikut JT dibai’at dan diatas rukun inilah dilaksanakan dakwah JT, barangsiapa yang keluar dari 6 rukun ini maka dia dianggap keluar dari JT. Enam rukun itu adalah Kalimat thayyibah, yaitu Laa ilaha illallah, Muhammadarrasulullah. Menegakkan shalat Menuntut ilmu dan dzikir Memulyakan kaum muslimin Ikhlas Keluar di jalan Allah Khuruj fi sabilillah Pembahasan 6 rukun JT ini bisa dibaca di dalam buku saya “Menguak Kesesatan Jama’ah Tabligh" MKJT dari halaman 13-43. Didalam mendakwahkan 6 rukun ini, JT memiliki jurus kalimat rahasia sehingga dengan jurus ini mereka mampu menjerumuskan banyak manusia ke dalam kesesatan JT. Apa kalimat rahasia itu? Kalimat rahasia itu adalah “SEGALA SESUATU YANG MENYEBABKAN MANUSIA LARI, YANG MENYEBABKAN MANUSIA BERPECAH BELAH, ATAU BERSELISIH DI ANTARA DUA ORANG, MAKA HARUS DITINGGALKAN KARENA MERUPAKAN PENGHALANG DAKWAH JT, PEMUTUS DAKWAH JT, PENGHANCUR DAKWAH JT.” Maka dengan prinsip inilah dakwah JT bisa berkembang pesat di seluruh dunia melalui bid’ah khuruj model JT. Contoh pelaksanaan kalimat rahasia JT dapat kita lihat ketika para da’i JT sedang berdakwah, padahal mereka belum waktunya berdakwah. Maka setiap da’i JT dibekali supaya memegangi kalimat rahasia ini. Ketika orang JT mau membahas rukun pertama dari rukun 6 rukun JT, mereka juga harus menerapkan 6 jurus ini. Sudah maklum di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa kalimat tauhid, yaitu kalimat Laa ilaaha illaallah itu mengandung tiga macam tauhid, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid Asma’ was Sifat. Apabila da’i Ahlussunnah membahas kalimat tauhid ini maka mereka membahas dan menyampaikan semua tiga macam tauhid tadi, sehingga jelas dihadapan kaum muslimin siapa ahli tauhid yang sebenarnya dan siapa ahli syirik yang sebenarnya. Hal ini sangat berbeda dengan kelompok JT ketika membahas hanya kepada tauhid Rububiyyah saja, karena ini relatif aman dari munculnya perselisihan dan perpecahan. Sedangkan pembahasan Tauhid Uluhiyyah, maka ini tidak boleh dibahas karena di sana ada Salafy yang sangat anti pada kesyirikan. Salafy yang tidak membolehkan untuk mengadakan Syaddurihal perjalanan safar/bepergian ke kuburan, tidak boleh thawwaf di kuburan, tidak boleh bertawassul dan istighatsah kepada orang sholih yang sudah mati, sementara selain Salafy mereka membolehkan. Maka JT tidak berani membahas Tauhid Uluhiyyah ini karena menyebabkan perselisihan dan perpecahan. JT juga tidak berani membahas tauhid yang ketiga, yaitu Tauhid Asma’ was Sifat karena di sana ada sekian golongan atau kelompok yang berbeda yang tidak bisa dipertemukan, ada kelompok Asy’ariyah, ada kelompok Maturidiyah, ada kelompok Jahmiyah, ada kelompok Hululiyyah ajaran Phanteisme, menyatunya Allah dengan makhluk atau Wihdatul Wujud -dalam bahasa Jawa- dikenal dengan ungkapan Manunggaling Kawulo lan Gusti. Belum lagi disana ada kelompok Salafy yang menentang semua kelompok diatas sehingga JT tidak berani mambahas masalah tauhid ini karena akan menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Demikian juga ketika JT mau mambahas rukun lainnya , rukun ilmu misalnya maka jurus kalimat rahasia ini wajib dipegangi. JT membagi ilmu itu menjadi dua, yaitu ILMU FADHA'IL dan ILMU MASA’IL ilmu fiqih. Ilmu yang pertama yakni Ilmu Fadha'il atau yang lebih dikenal dikalangan mereka Fadhilah 'Amal dianggap lebih aman untuk membahasnya dari timbulnya perselisihan dan perpecahan. Sementara Ilmu Masa’il sangat sarat timbulnya perselisihan dan perpecahan -menurut mereka- karena mereka mendahulukan khuruj daripada thalabul ilmi mencari ilmu. Maka orang JT tidak berani membahas ilmu masa’il dan masalah ilmu masa’il ilmu fiqih ini diserahkan kepada Ulama’ negeri wilayah tersebut. Orang JT cukup dengan ilmu Fadha'il saja. Dan begitu seterusnya, yaitu semua wajib dihindari. Sungguh kalimat rahasia JT ini sangat bertentangan dengan prinsip dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Konsekuensinya, seorang da’i JT harus bisa bermuka banyak dengan mendiamkan kesyirikan yang ada di hadapannya, mendiamkan kebid’ahan dan kesesatan yang ada di hadapannya. Bahkan JT juga menjadi penolong dari perbuatan kemungkaran "Ketika ada orang yang merokok, mereka malah membelikan; ketika ada yang mabuk, mereka malah menyiapkan gelasnya; dan ketika ada orang yang mencukur jenggotnya, mereka yang menyiapkan siletnya pisau cukur. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “Dan janganlah kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” 42 Adapun da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah, dia menerangkan kepada umat Islam bahaya-bahaya kesyirikan, macam-macamnya, menyeru kepada umat untuk menjauhi syirik dan pelakunya sehingga menjadi jelas dan terang di hadapan umat antara syirik dan tauhid, antara ahli syirik dan ahli tauhid. Da’i Salafy Ahlussunnah Wal Jama’ah juga menerangkan kepada umat bahaya-bahaya bid’ah, macam-macam bid’ah, dan siapa yang disebut ahli bid’ah. Diterangkan kepada umat pentingnya mempelajari dan mengamalkan sunnah, sehingga dengan itu jelaslah di hadapan umat siapa ahli bid’ah dan siapa ahli sunnah, yang keduanya berbeda dan tidak bisa disatukan. Da’i Salafy juga menerangkan kepada umat bahaya perbuatan mungkar dan maksiat dan bahaya tidak ditegakkannya amar ma’ruf nahi mungkar diringkas dari kitab Al-Qhuthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha karya Asy-Syaikh Ibrahim Ibnu Sulthon Al-Adnany, hlm. 7-12 SERIAL KESESATAN JAMAAH TABLIGH Muqaddimah Kalimat Rahasia Jamaah Tabligh Kisah Kelabu Jamaah Tabligh Pengakuan Mantan Jamaah Tabligh saat itu sedang menjajah India. Masuknya jamaah tabligh ke Indonesia diperkirakan pada tahun 1952, hampir bersamaan dengan di Malaysia yang juga dibawa oleh salah seorang tokoh keagamaan jamaah tabligh yang berasal dari India yang dipimpin oleh Miaji Isa. Kemudian pada tahun 1974 salah seorang tokoh jamaah tabligh, Maulana Lutfurrahman Abstrak Jamaah Tabligh merupakan salah satu gerakan dakwah dalam Islam yang berasal dari India. Gerakan ini masuk ke pulau Lombok sekitar awal tahun 1990-an. Kehadiran gerakan ini melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Kajian ini bertujuan menganalisa kelompok ini dari aspek pengaruhnya terhadap pembangunan masyarakat Muslim secara lebih luas seperti politik, ekonomi dan sosial. Bentuk kajian ini adalah deskriptif-kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara yang melibatkan 21 responden. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa gerakan Jamaah Tabligh memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Pulau Lombok. Dari segi politik, gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya terhadap para pejabat sehingga ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh para pejabat bersumber dari doktrin gerakan Jamaah Tabligh. Dari segi ekonomi pula, gerakan ini telah berhasil mengurangkan gaya hidup hedonisme di kalangan pengikutnya. Sedangkan dari segi sosial, gerakan ini memainkan peranan penting terhadap hidupnya suasana ibadah di masjid-masjid. Selain ini gerakan ini juga telah mampu mengurangi perilaku buruk di kalangan masyarakat. Namun demikian terdapat juga beberapa hal yang menjadi perhatian khusus gerakan ini terutama dalam menggunakan hadis-hadis yang banyak berstatus lemah dha’if. Selain itu pengabdian terhadap anggota keluarga akibat doktrin khuruj juga yang terdapat dalam gerakan Jamaah Tabligh perlu diperhatikan. Namun secara umum gerakan Jamaah Tabligh memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap pembangunan moral-spiritual masyarakat di pulau Lombok. Oleh karena itu gerakan dakwah ini perlu didukung bagi memberikan pengaruh yang lebih luas terhadap pembangunan masyarakat selain itu gerakan ini juga perlu menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi dakwah supaya gerakan ini tidak terkesan eksklusif. Abstract Jamaah Tabligh is one of the da'wah movements in Islam that originally comes from India. This movement was introduced to Lombok Island in the early 1990s. The presence of this movement gave birth to a new phenomenon in the life of some Islamic societies in Lombok. This movement has succeeded in instilling its influence not only to the lower classes, but also the elite from officials and businessmen. This study aims to analyze this group from influence aspects on the development of a Muslim society wider such as politics, economics and society. The form of this study is descriptive-qualitative. The techniques used to obtain data are documentation, observation and interviews involving 21 respondents. The results of this study proved that the Jamaah Tabligh movement has a significant influence on the development of Muslim communities on the Lombok island. From a political point of view, this movement has succeeded in instilling its influence on the officials so that there are some policies made by officials sourced from the doctrine of Jamaah Tabligh movement. From an economic point of view, the movement has succeeded in reducing the hedonism lifestyle among its followers. While in terms of social, this movement plays an important role on the life of the atmosphere of worship in the mosques. Besides this movement has also been able to reduce bad behavior among the community. Nevertheless there are also some things of particular concern to this movement, especially in the use of hadiths that are weak dha'if. In addition, neglect of family members due to doctrine “khuruj” also contained in the Jamaah Tabligh movement needs to be paid attention to. In general, however, the Jamaah Tabligh movement has had a very positive influence on the moral-spiritual development of the people on Lombok island. Therefore, this da'wah movement needs to be supported to give wider influence to community development besides that this movement also need to establish cooperation with da'wah organizations so that this movement does not seem exclusive. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 1 Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Pembangunan Masyarakat Muslim di Lombok Sejak Tahun 2011-2016 M. Zaki Abdillah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Mataram,83115, Indonesia ibanee Riwayat Artikel Diterima Desember 2017 Direvisi Januari 2018 Disetujui Februari 2018 Abstrak Jamaah Tabligh merupakan salah satu gerakan dakwah dalam Islam yang berasal dari India. Gerakan ini masuk ke pulau Lombok sekitar awal tahun 1990-an. Kehadiran gerakan ini melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Kajian ini bertujuan menganalisa kelompok ini dari aspek pengaruhnya terhadap pembangunan masyarakat Muslim secara lebih luas seperti politik, ekonomi dan sosial. Bentuk kajian ini adalah deskriptif-kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah dokumentasi, observasi dan wawancara yang melibatkan 21 responden. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa gerakan Jamaah Tabligh memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Pulau Lombok. Dari segi politik, gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya terhadap para pejabat sehingga ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh para pejabat bersumber dari doktrin gerakan Jamaah Tabligh. Dari segi ekonomi pula, gerakan ini telah berhasil mengurangkan gaya hidup hedonisme di kalangan pengikutnya. Sedangkan dari segi sosial, gerakan ini memainkan peranan penting terhadap hidupnya suasana ibadah di masjid-masjid. Selain ini gerakan ini juga telah mampu mengurangi perilaku buruk di kalangan masyarakat. Namun demikian terdapat juga beberapa hal yang menjadi perhatian khusus gerakan ini terutama dalam menggunakan hadis-hadis yang banyak berstatus lemah dha’if. Selain itu pengabdian terhadap anggota keluarga akibat doktrin khuruj juga yang terdapat dalam gerakan Jamaah Tabligh perlu diperhatikan. Namun secara umum gerakan Jamaah Tabligh memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap pembangunan moral-spiritual masyarakat di pulau Lombok. Oleh karena itu gerakan dakwah ini perlu didukung bagi memberikan pengaruh yang lebih luas terhadap pembangunan masyarakat selain itu gerakan ini juga perlu menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi dakwah supaya gerakan ini tidak terkesan eksklusif. Abstract Jamaah Tabligh is one of the da'wah movements in Islam that originally comes from India. This movement was introduced to Lombok Island in the early 1990s. The presence of this movement gave birth to a new phenomenon in the life of some Islamic societies in Lombok. This movement has succeeded in instilling its influence not only to the lower classes, but also the elite from officials and businessmen. This study aims to analyze this group from influence aspects on the development of a Muslim society wider such as politics, economics and society. The form of this study is descriptive-qualitative. The techniques used to obtain data are documentation, observation and interviews involving 21 respondents. The results of this study proved that the Jamaah Tabligh Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 2 I. Pendahuluan Islam tradisional merupakan salah satu istilah yang dilabelkan kepada kelompok Muslim yang mengedepankan amalan ritual dan penyucian jiwa. Salah satu kelompok yang sangat identik dengan istilah ini adalah gerakan Jamaah Tabligh JT. Fenomena tradisionalisme Islam yang diusung oleh JT ini mendapat respon yang beragam di kalangan masyarakat Islam di Indonesia khususnya di Pulau Lombok. Doktrin menghidupkan sunah Nabi melalui pendekatan dakwah secara personal ke rumah-rumah, menghindari polemik fikih dan politik serta memakai pakaian khas dan sorban merupakan ciri-ciri paling menonjol yang ada pada kelompok ini. Walaupun tanggapan masyarakat amat beragam, gerakan JT justeru telah berhasil mengembangkan dakwah mereka hampir ke setiap pelosok wilayah di Pulau Lombok. Hal ini dapat dilihat berdasarkan keikutsertaan masyarakat ke dalam kelompok ini serta kehadiran mereka di masjid-masjid. Tidak susah mengidentifikasi anggota kelompok ini karena mereka memiliki ciri khusus yang hampir dikenal oleh seluruh masyarakat Pulau Lombok. Pun demikian, tidak ada data secara kuantitatif mengenai jumlah anggota gerakan ini karena keanggotaan mereka bersifat lepas dan tidak terdata serta bertebaran di berbagai penjuru. Keberadaan JT di Pulau Lombok sejak awal tahun 1990-an telah melahirkan fenomena baru dalam kehidupan sebagian masyarakat Islam di Lombok. Gerakan ini telah berhasil menanamkan pengaruhnya tidak hanya kepada golongan kelas bawah, tapi juga golongan elit dari kalangan pejabat dan pengusaha. Keberhasilan merangkul seluruh elemen masyarakat menjadikan gerakan ini menarik untuk dianalisa baik dari segi metodologi dakwah mahupun dari segi dampaknya terhadap pembangunan masyarakat Muslim di Lombok. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, terdapat tiga hal fundamental yang menjadi ciri khas gerakan JT yaitu pendekatan dakwah secara personal ke rumah-rumah melalui program khuruj, menghindari polemik fikih dan politik serta memakai pakaian khas ala India. Ketiga ciri ini tentu memiliki dampak terhadap respon dan juga pembangunan masyarakat khususnya jika dilihat dari aspek sosial politik dan budaya. Oleh karenanya persoalan utama yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sejauh mana kehadiran JT ini memberi dampak terhadap pembangunan sosial, politik dan budaya terhadap masyarakat Islam di Lombok. Masyarakat Lombok, oleh sebagian peneliti dianggap sebagai masyarakat yang taat beragama sekaligus taat berbudaya. Jargon “Lombok Pulau Seribu Masjid” adalah cerminan yang amat jelas Kata Kunci Dakwah Islam , Jamaah Tabligh , Metode Deskriptif-Kualitatif Keywords Islamic Da’wah, Jamaah Tabligh , Descriptive-qualitative method movement has a significant influence on the development of Muslim communities on the Lombok island. From a political point of view, this movement has succeeded in instilling its influence on the officials so that there are some policies made by officials sourced from the doctrine of Jamaah Tabligh movement. From an economic point of view, the movement has succeeded in reducing the hedonism lifestyle among its followers. While in terms of social, this movement plays an important role on the life of the atmosphere of worship in the mosques. Besides this movement has also been able to reduce bad behavior among the community. Nevertheless there are also some things of particular concern to this movement, especially in the use of hadiths that are weak dha'if. In addition, neglect of family members due to doctrine “khuruj” also contained in the Jamaah Tabligh movement needs to be paid attention to. In general, however, the Jamaah Tabligh movement has had a very positive influence on the moral-spiritual development of the people on Lombok island. Therefore, this da'wah movement needs to be supported to give wider influence to community development besides that this movement also need to establish cooperation with da'wah organizations so that this movement does not seem exclusive. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 3 untuk menunjukkan bahwa masyarakat Lombok adalah masyarakat yang religius. Selain Jargon “Pulau Seribu Masjid” masyarakat Pulau Lombok juga bisa dilabelkan dengan “Pulau Seribu Tuan Guru” ini karena fungsi, status dan pengaruh Tuan Guru di tengah-tengah masyarakat amat dirasakan. Sesuai dengan gelar yang disematkan oleh masyarakat, Tuan Guru memainkan peranan yang sangat penting dalam menyampaikan ilmu-ilmu agama kepada masyarakat. Dalam menyampaikan ilmu agama, Tuan Guru lazimnya mempunyai lembaga pendidikan berupa pondok pesantren dan biasanya “dihadirkan” oleh masyarakat dalam majelis-majelis keilmuan pengajian baik bersifat rutin mahupun pada momentum tertentu. Dari aspek budaya pula, ritual-ritual budaya yang ditampakkan baik melalui amalan mahupun pakaian memberikan gambaran bahwa masyarakat Lombok di samping religius juga sangat taat dalam beradat dan berbudaya. ketaatan masyarakat Lombok dalam beradatbudaya ini bisa dilihat dari berbagai aspek termasuk dalam hal keagamaan. Adapun dalam bidang politik, terutama setelah penerapan autonomi daerah masyarakat Lombok telah mengalami keterbukaan. Jabatan-jabatan politis yang pada awalnya didominasi oleh kelas perwangsa kini bisa diduduki oleh siapa saja termasuk oleh kalangan Tuan Guru. Bahkan autonomi daerah telah menjadi panggung bagi kalangan Tuan Guru memainkan politik secara praktis. Sehingga hampir di setiap lini demokrasi kalangan Tuan Guru selalu ada untuk mengambil bagian secara aktif. Kehadiran serta perkembangan gerakan JT yang mengusung tiga prinsip fundamental yang nampaknya bertentangan dengan dinamika sosial, politik dan budaya masyarakat Lombok seakan-akan melahirkan kompetisi baru dalam kehidupan masyarakat di Pulau ini. Di satu sisi, masyarakat Lombok sedang mengalami kenyamanan dalam menjalani kehidupan beragama, berbudaya dan berdemokrasi, manakala di sisi lain gerakan JT sedang berusaha melalui dakwahnya untuk menebar prinsip-prinsip agama, politik dan budaya yang berbeda dengan apa yang sedang dijalani oleh masyarakat Lombok. Oleh itu, penelitian ini mencoba untuk menganalisa satu persoalan yang menarik bagi mengetahui sejauh mana gerakan JT mampu mempengaruhi proses pembangunan masyarakat Lombok melalui tiga dimensi utama iaitu sosial, politik dan budaya yang terangkum dalam sebuah judul Pengaruh Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Pembangunan Masyarakat Muslim Di Lombok. Fokus Penelitian ini adalah untuk memudahkan analisis hasil penelitian, maka penelitian ini difokuskan pada kelompok gerakan JT di Pulau Lombok dengan menumpukan JT yang berada di wilayah Mataram. Rumusan Masalah dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang telah dirumuskan yaitu 1 Apa saja pengaruh gerakan JT terhadap masyarakat Muslim di Pulau Lombok? 2 Apa perbedaan metode dakwah gerakan JT dengan gerakan-gerakan lain? 3 Sejauh mana metode dakwah yang diterapkan oleh gerakan ini sejalan dengan sunah Rasul? Adapun Tujuan Penelitia, berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini 1 Mendeskripsikan pengaruh gerakan JT terhadap pembangunan masyarakat Islam di Lombok. 2 Menjelaskan perbedaan metode dakwah JT dengan gerakan Islam yang lain. 3 Menguraikan sejauh mana metode dakwah JT sejalan dengan sunah Rasul.’ Dalam pelaksanaan Penelitian ini diharapkan dapat menerangkan secara jelas mengenai pengaruh gerakan JT dalam pembangunan masyarakat Islam di Pulau Lombok. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam menentukan kebijakan dan pandangan mengenai gerakan dakwah JT. Thung Ju Lan, Kelas Menengah Lombok, kompetisi kultural antar kelas, suku, bangsa dan agama, hlm. 107 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 4 II. Kajian Pustaka Penulisan tentang Jamaah Tabligh telah banyak dilakukan, antara lain Amir 1998 meneliti Jamaah Tabligh suatu tinjauan sejarah, Syahruddin 1995 meneliti peranan Jamaah Tabligh dalam pembinaan ummat, Jurjis 2001 tentang perilaku Jamaah Tabligh. Di Lombok kajian mengenai Jamaah Tabligh telah dilakukan antaranya oleh Ihsan & Hafizi 2015 yang meneliti tentang strategi dakwah Jamaah Tabligh dan perubahan sosial masyarakat dusun Gelogor desa Lendang Nangka, Lombok Timur. Adapun kajian mengenai pengaruh Jamaah Tabligh secara lebih luas di Lombok sejauh ini masih belum ditemukan. Padahal sejauh ini Jamaah Tabligh tidak hanya menancapkan pengaruhnya di tingkat komunitas yang lebih kecil melainkan telah menjadi sebuah gerakan yang mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Untuk literatur primer mengenai konsep Jamaah Tabligh itu sendiri penulis menyusun berdasarkan beberapa karya di antaranya karya Mualana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi, Himpuna Fadhailul A’amal. Kemudian karya Syeikh Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi dan Syeikh Maulana Muhammad Saad al-Kandaklawi dalam kitab Muntakhab al-Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama. Kemudian karya Maulana Sayid Muhammad Syahid, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal. Dan karya Mulana Wahiduddin Khan, Gerakan Tinjauan Pustaka Tentang Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata dasar daÊčā yang berarti menyeru, dan mashdarnya daÊčwah yang berarti seruan, mengajak, atau panggilan. Jadi dakwah secara bahasa adalah seruan atau ajakan yang dilakukan oleh da’i kepada manusia untuk menjalani hidup di jalan Allah SWT. Selain makna dakwah, mengajak kejalan Allah atau mengajak kedalam agama Allah dalam Al-Qura’an juga ada ayat dengan makna do’a, Al-Imran,338, makna mendakwa, Maryam 91, makna mengadu, Al-Qamar 10 dan banyak lagi yang dipakaikan dalam makna yang tentang dakwah mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan permasalahan dan tantangan dakwah. Muhammad Ali Aziz dalam bukunya “Ilmu Dakwah” telah menghimpun ta’rif dakwah yang diberikan oleh parta ahli sebanyak 39 ta’rif, di antaranya adalah Menurut Abu Bakar Zakaria dakwah adalah “Usaha para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam untuk memberikan pengajaran kepada khalayak umum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tentang hal-hal yang mereka butuhkan dalam urusan dunia dan keagamaan”.Menurut Syekh Ali bin Shalih al-Mursyidi dakwah adalah; “Syistem yang berfungsi menjelaskan kebenaran, kebajikan, dan petunjuk agama; sekaligus menguak berbagai kebatilan beserta media dan metodenya melalui sejumlah teknik, metode dan merdia yang lain”. Menurut Syekh Adam Abdullah al-Aluri dakwah adalah “Mengarahkan pandangan dan akal manusia kepada kepercayaan yang berguna dan kebaikan yang bermanfaat. Dakwah juga kegiatan mengajak orang untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan yang hampir menjatuhkannya atau dari kemaksiatan yang selalu Tinjauan Tentang Sumber dan Metode Dakwah Munzier dalam bukunya “Metode Dakwah” menulis 4 hal yang menjadi sumber metode dakwah yaitu, Al-Qur’an, Sunnah Rasul, Sejarah para sahabat dan fuqaha dan sebagai suatu usaha pengejawantahan misi suci Islam sebagai rahmatan Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi, Himpunan Fadhailul A’mal, terj. Abdurrahman Ahmad, Yogyakarta As-Shaf, 2006. Syeikh Mulana Muhammad Yusuf al-kandahlawi yang disusun kembali oleh Maulana Muhammad Saad al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama, Yogyakarta As-Shaf, 2006. Maulana Sayid Muhammad Syahid, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal, Bandung Pustaka Dai, 2003. Maulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997 Yunus, Mahmud dan Muhammad Qasim Bakry. 1930. Al-QāmĆ«s al-Zahabiy. Mesir Al Mathba’ah Muhammad Ali Aziz. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta Muhammad Ali Aziz. 2009. Ilmu Dakwah Ibid, Munzir Suparta dan Hajani Hefni, ed. 2006. Metode Dakwah. Jakarta Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 5 lil’alamin haruslah digali dari sumber utama ajaran Islam yaiu Al-Qur’an Sunnah Rasulullah saw, sebagaimana pesan terakhir Rasulullah dalan pidatanya pada Haji Wad’ sebagai berikut “Perhatikan kata-kataku ini, saudara-saudara. Aku sudah menyampaikan ini, ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan di tangan kamu, yang jika kamu pegeng teguh, kamu takkan sesat selama-lamanya,-Kitabullah dan Sunnah Rasulullah”. Berangkat dari khutbah Rasulullah pada Haji Wada’ itu, Semua aktifitas umat Islam haruslah didasarkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka adalah merupakan suatu kepastian bahwa dakwah harus didasarkan kepada Al-Qur’an dan SunnaRasulullah 8 20. Selain Al-Qur;an dan Al-Sunnah, sejarah hidup para sahabat dan fuqaha juga dapat dijadikan sebagai sumber dakwah. Dalam sejarah kehidupan para sahabat dan para fuqaha banyak nilai-nilai yang patu dijadikan suri tauladan dal usaha dakwah. Karerna adalah orasng-orang yang ekpert dalam bidang agama. Mu’adz bin Jabal dan para sahabat lainnya merupakan figure yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah. Pengalaman juru dakwah juga merupakan sumber metode dakwah yang signifikan dalam berdakwah. C. Tinjauan Pustaka tentang Pendekatan Dakwah Pendekatan dakwah sesungguhnya tidaklah berdiri sendiri tetapi saling bertautan dengan aspek-aspek lain yang terkait dengan dakwah. Menurut Muhammad Ali Aziz, ketika dia membahas metode dakwah ada beberapa istilah yang saling berkaitan, yaitu pendekatan approach-nahiyah, strategi strategy-manhaj, metode method-ushlub teknik technique-thariqah, dan taktik tactic-syakilah. Dalam penelitian ini tidak semuanya akan diteliti, tetapi hanya difokuskan kepada pendekatan dakwah. Pendekatan dakwah berada di antara dua kutup, pada satu sisi adalah da’i, sebagai subjek yang mengajak dan pada sisi lain ada mad’u sebagai objek yang diajak. Agar antara da’i dengan mad’u tercipta keselarasan dan keharmonisan perlu adanya bentuk pendekatan yang akurat. Menurut Sjahudi Siradj sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ali Aziz; ada tiga pendekatan dakwah. Pendekatan budaya, Pendekatan pendidikan, danPendekatan pendekatan dakwah tersebut lebih banyak ditentukan oleh kondisi mad’u sebagai objek dakwah. Oleh karenanya komponen terkait, da’i, materi atau pesan dakwah, metode dakwah, dan media dakwah harus singkron dengan kondisi objek yang didakwahi. Sesuai dengan misi Islam rahmatan lilalamin, maka pendekatan dakwah haruslah dilakukan dan diseberluaskan dengan semangat kasih sayang, santun dan Syekh Mustafa Mansur dalam buklunya Fiqhud Dakwah” sebagaiman di kutip oleh Munzir Suparta, ada dua hal yang menjadi dasar bahwa pendakatan dakwah Islam tidak harus menggunakan pendekatan kekerasan tetapi justru harus dilakukan dengan penuh kelembutan,santun dan kasih sayang. Pertama, Islam adalah agama yang benar dan ajaran-ajarannya sama sekali benar dan dapat diuji kebenarannya secara ilmiah. Dua, Masuknya iman ke dalam kalbu setiap manusia merupakan hidayah dari Allah tidak seorangpun yang berhak dan mempu memberikan hidayah ke dalam kalbu manusia kecuali hanya Allah SWTD. Tinjauan tentang Sejarah Singkat Jamaah Tabligh Jama’ah Tabligh didirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh Muhammad Ismail Al-Kandahlawi Al-Hanafi di Negara India, tepatnya di kota Sahar Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. di lingkungan keluarga yang mengikuti thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Ia belajar pertama kali pada kakeknya sendiri, Syeikh Muhammad Yahya, seorang guru madrasah di kota kelahirannya. Kakenya ini adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman dari sorang ulama Muammad Husain, Haekal. 1982. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta Munzir Suparta dan Hajani Hefni. Muhammad Ali Aziz. Ibid, Ibid, h. 348 Munzir Suparta dan Hajani Hefni, Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 6 dan penulis Islam terkenal, Syeikh Abu Al-Hasan Ali al-Hasani an-Nadawi, direktur Dar-Ulum di Lucknow, orang yang hafidz hafal Qur’an dan menimba ilmu di Madrasah Diyuband setelah diba’iat oleh guru besar Thariqat, Syaikh Rasyid Ahmad Ilyas pertama kali terdorong untuk mendirikan Jama’ah Tabligh setelah melihat adanya kerusakan mental umat Islam. Menurut penilaiannya, mental umat Islam sudah bobrok dan banyak masjid yang kosong, ibadah-ibadah wajib sudah banyak ditinggalkan oleh umat Islam. Banyak orang mengaku beriman Islam, tetapi sebenarnya mereka telah terjatuh ke lembah kemusyrikan. Maulana berpendapat, tidak ada jalan untuk memperbaikinya kecuali dengan kembali kepada ajaran Rasulullah SAW. Cara inilah yang dapat menyembuhkan “orang-orang sakit” itu. Pusat perkembangan jama’ah tabligh ada di India, tepatnya perkampungan Nidzammudin, Delhi. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikeliliingi oleh 4 kuburan wali. Mereka terkesan sangat mengagungkan masjid tersebut dan menganggap suci masjid yang ada kuburannya tersebut. Da’wah jama’ah tabligh menyebar hingga ke Pakistan, Bangladesh dan negara-negara asia timur dan menyebar hingga ke seluruh dunia. Tujuan dakwah mereka adalah membina ummat islam dengan konsep khuruj/jaulah yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar. Di Indonesia Jamaah tabligh mulai masuk pada tahun 1952, tetapi baru berkembang pada tahun 1974 di Masjid Jami Kebon Jeruk, Jakarta Pusat. Pada awal tahun 1990-an, gerakan dakwah ini sudah tersebar di 27 propinsi di Indonesia. Dakwah dilakukan hingga kawasan transmigrasi dan ke penjara-penjara. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis seperti Gito Rollies sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Sasaran utama pengembangan Jamaah Tablig umumnya kalangan perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan ada minat terhadap Aqidah dan Ajaran Jamaah Tabligh Gerakan Jama’ah Tabligh menetapkan enam pedoman dasar sebagai asas da’wah dari jamaah ini yang disebut dengan “Ushul Sittah”, yang mana tersebut sebagai berikut1 Al Kalimah Thoyyibah, yaitu dua kalimat syahadat, Kalimat syahadat dalam ajaran Jamaah Tabligh tidak hanya sebatas diucapkan saja. Akan tetapi, kalimat syahadat juga harus diterapkan dalam amaliyah sehari-hari, dan mereka mengartikan kalimat syahadat sebagai berikut a Laa ilaaha ilallah, Maksudnya Mengeluarkan keyakinan pada makhluk dari dalam hati dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah di dalam hati. Yaitu dengan cara sebagai berikut Mendakwahkan pentingnya iman, latihan dengan membentuk halakah iman, berdoa kepada Allah agar diberi hakikat iman. b Muhammadar Rasulullah, Maksudnya Mengakui bahwa satu-satunya jalan hidup untuk mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti cara hidup Rasulullah Yaitu dengan cara sebagai berikut dakwahkan pentingnya sunnah Rasulullah, latihan dengan menghidupkan sunnah 1x24 jam setiap hari, berdoa kepada Allah agar dapat mengikuti sunnah Rasulullah. 2 Melaksanakan sholat dengan khusyu’, Para pengikut Jama’ah Tabligh sangat disarankan untuk mealakukan sholat dan melaksanakan amalan-amalan didalamnya baik yang wajib maupun yang sunnah. Artinya, shalat dengan konsentrasi batin dan rendah diri dengan mengikuti cara yang dicontohkan Rasulullah dan membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah dalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari. Azra, Azyumardi [ Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Mani’ bin Hammad al-Jahni, Al Mausuah al Muyassarah fil Adyan wal Madzahib wal Ahzab al Muashirah, Riyadl Darun Nadwah al Alamiyah, 1418H, keluar wilayah untuk berdakwah dengan jumlah waktu yang telah ditentukan seperti 4 bulan, 40 hari, seminggu, dls. Azra, Azyumardi [ /Http/Jamaahtabligh/MeandMyMind/JamaahTablighDanDakwah./html/ 15/03/2016 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 7 3 Al Ilm wa al Dzikr, Yang dimaksud dengan Al Ilm adalah bahwasanya semua petunjuk yang datang dari Allah telah diperlihatkan pada diri Rasulullah. Sedangkan Al Dzikr yaitu senantiasa mengingat kebesaran Allah. 4 Ikramul Muslimin Memuliakan sesama Muslim, Menunaikan kewajiban pada sesama muslim tanpa menuntut hak kita ditunaikannya. Yaitu dengan cara; Mendakwahkan pentingnya ikramul muslimin, Latihan dengan memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal menghormati yang tua, menghargai yang sesama, menyayangi yang muda, Berdoa kepada Allah agar diberi hakikat ikrakul muslimin. 5 Ikhlas, Membersihkan niat dalam beramal, semata-mata karena Allah. Yaitu dengan cara; Mendakwahkan pentingnya tashihun niyah, latihan dengan mengoreksi niat sebelum, saat dan setelah beramal, berdoa kepada Allah agar diberi hakikat tashihun niat. 6 Dakwah dan tabligh khuruj fii sabiilillah, Dakwah dan tabligh adalah dengan memperbaiki diri, yaitu menggunakan diri, harta, dan waktu seperti yang diperintahkan Allah. Dan menghidupkan agama pada diri sendiri dan manusia di seluruh alam dengan menggunakan harta dan diri Jamaah Tabligh mengajarkan bahwa taklid pada mazhab tertentu wajib hukumnya. Dengan demikian, gerakan ini berpendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup, karena sekarang ini tak ada ulama yang mampu melaksanakan ijtihad sehingga digelari mujtahid. Jamaah ini banyak terpengaruh dengan tarikat-tarikat sufi yang ada di India. Oleh karena itu ada diantara ajaran-ajarannya yang bersumber dari ajaran tarikat sufi, diantaranya kewajibah Baiah kepada syeikh, mengagung-agungkan syeikh dan Rasulullah SAW, dan memperbanyak amalan-amalan Prinsip dan Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari markas pusat dibagi markas-markas regional/daerah yang dipimpin oleh seorang Shura. Kemudian dibagi lagi menjadi ratusan markas kecil yang disebut Halaqah. Kegiatan di Halaqah adalah musyawarah mingguan, dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari. Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir. Orang yang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj. Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengikuti kegiatan sepulang dari pengertian umum yang memahami dakwah secara salah sebagai tugas para alim ulama semata, gerakan ini berpendapat bahwa amar makruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah; dakwah bukan hanya kewajiban alim ulama melainkan juga kewajiban muslim awam. Oleh karena itu, gerakan ini kurang nyaman dengan kegiatan-kegiatan dakwah seperti tabligh akbar, apalagi hal itu disatukan dengan acara-acara kesenian kali tiba di suatu daerah, mereka pertama-tama melakukan Jaulah Khususi, yaitu mengunjungi ulama setempat; baru kemudian mereka mengadakan Jaulah Umumi, yaitu mengunjungi rumah-rumah penduduk dan mengajak mereka ke masjid setempat. Kemudia kegiatan diisi dengan ta'lim membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria, bayan, mudzakarah menghafal 6 sifat sahabat, karkuzari memberi laporan harian pada amir, dan musyawarah. Selama masa khuruj, mereka tidur di Mani’ bin Hammad al-Jahni, Azra, Azyumardi [ h. 267 Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 8 Ada beberapa prinsip yang selalu harus diingat oleh anggota jamaah dalam menjalankan dakwah selama khuruj, diantaranya 1 Dakwah harus dijalankan dengan Ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah. 2 Anggota jamaah harus menghormati orang Islam yang lain, terutama para ulama. 3 Selama berdakwah, anggota jemaah diharuskan mempelajari ajaran gerakan dan selalu berusaha menjalankan ajaran itu. 3 Anggota harus menjahui perbuatan yang sia-sia dan sebaliknya memperbanyak ibadah seperti shalat sunnah. 4 Dalam member bayan, anggota diharapkan menggunakan kata-kata yang tepat, memberikan penjelasan yang menentramkan jiwa, dan dilarang bicara politik, menggunjing aib orang lain. 5 Penekanan bayan pada masalh kebesaran Allah, kepercayaan pada hari akhir, kewajiban shalat berjamaah dan kewajiban berdakwah. 6 Anggota harus bersabar bila mendapat sambutan yang tidak simpatik. 7 Kalau usaha dakwah gagal, kegagalan itu dianggap tidak terletak pada mereka melainkan pada pendengar yang masih enggan menerima kebenaran. 8 Anggota mengadakan evaluasi setiap selesai malakukan satu tindakan dakwah. Aktivitas Markas Regional adalah sama, khuruj, namun biasanya hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja. Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima' berkumpul, dimana dalam Ijtima' akan diisi dengan Bayan ceramah agama oleh para ulama atau tamu dari luar negeri yang sedang khuruj disana, dan juga ta'lim wa ta'alum. Setahun sekali, digelar Ijtima' umum di markas nasional pusat, yang biasanya dihadiri oleh puluhan ribu umat muslim dari seluruh pelosok daerah. Bagi umat muslim yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros markas pusat India-Pakistan-Bangladesh/IPB untuk melihat suasana keagamaan yang kuat yang mempertebal iman Metodologi Penelitian A. Bentuk Penelitian Oleh karena kajian ini merupakan kajian etnografi, maka metodologi yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan analisa induktif. B. Tempat Penelitian Penelitian ini berlokasi di kota Mataram dengan pertimbangan bahwa markas pusat gerakan JT berada di kota Mataram iaitu di masjid at-Taqwa. C. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri. D. Sampel Data Sumber data utama dalam penelitian ini ialah hasil wawancara dan fenomena. Adapun data sekunder ialah dokumen-dokumen yang terkait dengan subjek penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara dan observasi dilakukan bagi memudahkan interaksi antara peneliti dengan kelompok yang menjadi objek penelitian. Adapun telaah dokumen diperlukan untuk melengkapi data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait fokus permasalahan. Sedangkan pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling sehingga memenuhi keperluan penelitian. Adapun jumlah responden yang akan diwawancara ialah minimal 21 orang. Adapun teknik observasi Azra, Azyumardi [ h. 267 Hakim, Abdul, Sudahkah Anda Mengenali Jama’ah Tabligh?, Jakarta Darul Qolam, 2003, Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 9 dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung segala aktivitas yang dijalankan oleh gerakan JT di Majid at-Taqwa Mataram. F. Teknik Analisis Data Setelah semua data terkumpul maka langkah seterusnya adalah mengolah dan menganalisa data dengan cara menyusun data ke dalam kategori, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola lalu membuat kesimpulan sehingga mudah difahami. G. Tempo Penelitian Penelitian ini akan dijalankan selama enam 6 bulan mulai dari bulan Maret sampai bulan Agustus. IV. Penyajian dan Analisis Data A. Profil Jamaah Tabligh Jamaah Tabligh merupakan kelompok transnasional dakwah Islam yang didirikan pada tahun 1926M oleh Muhammad Ilyas di India. Kelompok ini melakukan gerakan dakwahnya dari kalangan bawah untuk merangkul seluruh kalangan masyarakat Muslim tanpa memandang status dan ekonomi. Selama dua dekade pasca dibentuk, gerakan ini telah berhasil menebarkan pengaruhnya di Asia Selatan sampai ke Asia Tenggara yang dipimpin oleh Maulana Yusuf putra Maulana Ilyas yang menjabat sebagai Amir. Di setiap negara Jamaah Tabligh memiliki markas mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah-daerah. Bahkan di daerah-daerah terdapat ratusan markas kecil yang biasanya dikenal dengan istilah halaqah dan halaqah ini terdiri dari sub halaqah kemudian mohalla masjid-masjid atau mushalla-mushalla. Secara struktural markas dakwah Jamaah Tabligh terstruktur seperti berikut Markas dunia Nizhamuddin > Markas negara > Sub markas daerah > Halaqah > Sub halaqah > Mohalla Masjid dan mushalla Halaqah merupakan ujung tombak aktivitas dakwah gerakan ini. Di sinilah program-program dakwah disusun baik program yang bersifat harian, mingguan maupun bulanan. Kegiatan harian antaranya musyawarah harian, taklim harian, zikir pagi dan petang dan amalan silaturrahmi. Adapun kegiatan mingguan berupa jaulah atau mengunjungi sesama Muslim dan berbincang tentang iman dan amal serta berusaha meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Sedangkan kegiatan bulanan berupa khuruj keluar bersama-sama selama tiga hari ke masjid-masjid. Khuruj ini dimaksudkan untuk melakukan muhasabah diri dan mengajak orang lain agar berusaha meningkatkan iman. Selama khuruj biasanya ada empat aktivitas utama difokuskan. Pertama, dakwah kepada Allah ad-da’wah ila Allah. Kedua, belajar dan mengajar at-ta’lim wa at-ta’allum. Ketiga, zikir dan ibadah. Keempat, Khidmat melayani sesama Muslim. Semua aktivitas yang dilakukan sepanjang khuruj ini akan dilaporkan setiap hari kepada Amir. Aktivitas di markas regional tetap sama, hanya saja tempo khuruj lebih lama yaitu 40 hari sampai 4 bulan. Mereka juga mengadakan ijtima’ yang diisi dengan bayān oleh para ulama atau para tamu dari luar negeri yang sedang khuruj di sana dan juga ta’lim wa ta’allum. Biasanya gerakan ini mengadakan ijtima’ setahun sekali yang dihadiri oleh puluhan ribu umat Muslim di seluruh pelosok daerah. Adapun bagi Muslim yang mampu dianjurkan untuk khuruj ke markas pusat di India, Pakistan dan Bangladesh untuk melihat suasana keagamaan yang kuat untuk mempertebal iman. B. Landasan Utama Dakwah Jamaah Tabligh Ada enam asas atau landasan dakwah pergerakan Jamaah Tabligh yang dikenali dengan istilah enam sifat yaitu 1. Kalimah Thayyibah yaitu La Ilaha Illa Allah. Muhammad Rasul Allah. Sifat pertama ini bertujuan untuk mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dari dalam hati dan menghiasinya Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 10 dengan keyakinan kepada Allah, supaya nanti ketika seseorang itu meninggal dunia dalam keadaan benar-benar beriman kepada Allah. Untuk mencapai sifat ini maka beberapa hal yang harus diamalkan yaitu berdakwah tentang pentingnya iman, latihan dengan cara membentuk majelis halaqah iman dan bersoa kepada Allah agar diberikan hakekat iman. 2. Shalat dengan khusyu dan khudhu’ yaitu shalat yang diiringin dengan penuh konsentrasi bathin dan merendahkan diri di hadapan Allah serta dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Sifat ini bertujuan membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah yang ada dalam shalat ke dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan sifat ini perlu melakukan dakwah mengenai pentingnya shalat dengan khusyu, melakukan latihan dengan cara memperbaiki tertib zahirnya shalat mulai dari istinja’, wudhu, bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan dalam shalat, seterusnya menghadirkan keagungan Allah dalam hati ketika shalat. 3. Ilmu dengan zikir yaitu mengamalkan segala perintah Allah di setiap waktu dan keadaan dengan menghadirkan keagungan Allah dalam hati serta dilakukan sesuai dengan tuntunan Nabi Ilmu menurut gerakan ini terbagi menjadi dua yaitu ilmu fadha’il keutamaan amal dan ilmu masa’il hukum. Agar seseorang dapat memiliki ilmu fadha’il, maka hendaklah senantiasa berdakwah mengenai pentingnya ilmu fadha’il, melatih diri dengan memperbanyak halaqah ta’lim mengenai ilmu fadha’il, menghadirkan keutamaan amal dalam setiap amalan kemudian selalu berdoa kepada Allah. Adapun untuk memperoleh ilmu masa’il dilakukan dengan berdakwah akan pentingnya ilmu ini, latihan dengan cara sering duduk dalam halaqah ta’lim ilmu masa’il, bertanya kepada ulama tentang masalah dunia dan agama, berziarah kepada ulama dan senantiasa berdoa. Sedangkan untuk mebiasakan diri agar selalu zikir pada Allah maka perlu dilakukan dakwah tentang pentingnya zikir, latihan dengan cara konsisten membaca al-Qur’an setiap hari, zikir pagi dan petang, tasbih 100 kali sambil menghadirkan ke-Mahasuci-an Allah dalam hati, shalawat sebanyak 100 kali sambil menghadirkan perasaan betapa besar dan jasa Rasulullah kemudian istighfar sebanyak 100 kali sambil menghadirkan perasaan betapa banyak dosa-dosa kita dan betapa Allah Maha Pengampun, mengamalkan doa-doa masnunah dan adab-adabnya. 4. Memuliakan sesama Muslim ikramul Muslimin yaitu menunaikan hak-hak sesama saudara Muslim tanpa menuntut hak-hak kita dari mereka. Untuk mendapatkan sifat ini maka perlu dilakukan dakwah tentang pentingnya memuliakan sesama Muslim. Melakukan latihan dengan cara memuliakan ulama, menghormati orang yang lebih tua, menghargai yang seusia dan menyayangi yang lebih muda, memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang tak dikenal, bergaul dengan orang-orang yang berbeda watak serta berdoa. 5. Memperbaiki atau membetulkan niat tashihun niyyah yaitu membesihkan niat dalam setiap amal dari niat-niat lain kecuali hanya untuk mendapatkan ridha Allah Untuk memperoleh sifat ini harus dilakukan dakwah mengenai pentingnya ikhlas dan memperbaiki niat, melakukan latihan dengan melihat kembali niat kita sebelum beramal, ketika sedang beramal dan setelah beramal serta berdoa. 6. Dakwah dan Tabligh yang bertujuan memperbaiki diri yaitu dengan menggunakan harta dan diri sendiri sesuai dengan perintah Allah menghidupkan agama secara sempurna pada diri sendiri dan seluruh manusia dengan cara Rasulullah Untuk merealisasikan tujuan ini maka perlu dakwah mengenai pentingnya dakwah dan tabligh, melakukan latihan dengan keluar di jalan Allah minimal 4 bulan seumur hidup, 40 hari setiap tahun 3 hari setiap bulan dan jam setiap hari kemudian berdoa. Enam sifat inilah yang kemudian dikembangkan oleh Jamaah Tabligh ke dalam pola dakwah dengan karakteristik yang berbeda dengan gerakan-gerakan atau kelompok-kelompok mainstream lain dalam Islam. Jamaah Tabligh lebih banyak memfokuskan dakwah mengenai keutamaan ibadah iman dan amal. Kelompok ini juga cenderung menghindari diskusi fiqih dan akidah untuk mengelakkan perpecahan umat. Ketika mengadakan ta’lÄ«m kelompok ini berusaha sebisa mungkin duduk merapat kepada nara sumber serta duduk berdempet-dempetan dengan pendengar lain sambil menunduk. Kegiatan Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 11 ta’lim biasanya dilakukan setiap selesai shalat fardhu di mana mereka secara bergantian akan membaca kitab-kitab khusus yang menjadi pegangan mereka. Jika mereka bermalam di suatu masjid, mereka akan memberikan ta’lim kepada Jamaah shalat dengan menyampaikan hadits atau ayat al-Qur’ñn. Saat makan mereka berkumpul membentuk lingkaran mengelilingi talam dan mereka menggunakan tiga jari untuk menyuap nasi. Adab duduk tatakala makan adalah menduduki kaki kiri dan kaki kanan dalam posisi seperti jongkok. Mereka tidak pernah menyisakan apapun dalam piring mereka, meskipun itu sebutir nasi. Sebagian mereka hanya mempraktekkan cara makan ini tatkala di luar rumah, namun bila mereka berada di rumah mereka makan seperti umumnya orang lain makan, dengan lima jari atau menggunakan alat bantu makan, dan duduk bersila atau di atas kursi. Dalam perilaku sehari-hari membudayakan salam merupakan aktifitas yang selalu diutamakan oleh Jamaah Tabligh bukan saja terhadap sesama anggota tetapi juga terhadap sesama Muslim. Dalam berkomunikasi, Jamaah Tabligh selalu menghiasi tutur kata dengan kalimat-kalimat yang baik seperti Ma sya Allah, In sya Allah, subhanallah, Allahu Akbar, al-hamdu lillah. Mereka juga senantiasa bersikap tawadhu’, sopan dan menghargai pendapat orang lain. Dari segi penampilan, pengikut gerakan Jamaah Tabligh memiliki ciri khas yang mudah dikenali. Mereka biasanya memakai baju separas lutut yang sebenarnya merupakan pakaian khas masyarakat India yang dikenali dengan istilah Afghan cloths, bersorban, memakai celana di atas mata kaki. Mereka juga kerap menggunakan celak dan parfum bebas alkohol. Bagi para wanita pula mereka menutup seluruh anggota badan kecuali wajah dan telapak tangan dalam setiap aktivitas. Mereka senantiasa memakai sugi/siwak Ketika berjalan, golongan ini cenderung menundukkan kepala bagi menghindarkan pandangan mata yang membangkitkan syahwat. Karakteristik dakwah yang dimiliki oleh Jamaah Tabligh ini ternyata mampu menarik banyak orang untuk menyertai gerakan ini. Walaupun secara statistik sukar untuk memastikan jumlah anggota Jamaah Tabligh di Lombok, namun dapat dipastikan jumlah anggota gerakan ini senantiasa bertambah setiap tahun. Menurut salah satu responden, setiap malam Jumaat terdapat lebih dari orang yang ikut melakukan ijtima’ di masjid raya at-Taqwa Mataram. Jumlah ini cukup untuk menggambarkan betapa gerakan ini memiliki pengaruh yang cukup luas di kalangan masyarakat Muslim pulau Lombok. Secara umum metode dakwah yang diterapkan oleh Jamaah Tabligh dapat disimpulkan sebagai berikut 1 Metode tabsyÄ«r yaitu menyampaikan kabar gembira dalam bentuk keutamaan-keutamaan amal kebaikan. Dalam hal ini Jamaah Tabligh cenderung mengutip hadis-hadis yang membicarakan ganjaran pahala kebaikan dan surga. 2 Metode uswah/teladan yaitu dengan memberi contoh perilaku dan amalan Nabi baik dalam tutur kata, sikap dan perbuatan keseharian. 3 Metode TasykÄ«l yaitu Usaha untuk mengajak orang lain dengan memberikan pencerahan agar dapat meluangakan waktu di jalan Allah 4 Metode Jaulah door to door yaitu berkeliling menemui orang banyak dari rumah ke rumah agar taat kepada Allah. 5 Metode Ta’lÄ«m dan bayān yaitu majelis pencerahan untuk menjelaskan kelebihan-kelebihan amal dan tujuan menjalankan tabligh. C. Dampak Dakwah Jamaah Tabligh terhadap Pembangunan Masyakarat Muslim Melihat karakteristik dan metode dakwah yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh, sukar untuk membayangkan kelompok dapat memainkan peranan yang lebih aktif dalam membangun masyarakat Muslim terutama dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Hal ini karena 1. Dasar pemikiran kelompok ini cenderung tertutup dan bersifat “tasauf amali” yang hanya tertumpu kepada iman dan fadhailul amal, sedangkan masyarakat Muslim Lombok belakangan ini cenderung bersifat terbuka terutama kaitannya dengan pemikiran-pemikiran keagamaaan. 2. Dari aspek politik, gerakan Jamaah Tabligh nampaknya juga sukar untuk memainkan peranan lebih jauh dalam membangun masyarakat Muslim karena gerakan ini sama sekali tidak memiliki ghirah politik bahkan cenderung menjaga jarak dengan dunia politik apalagi bicara tentang khilafah Islam. Sikap gerakan ini jauh berbeda dengan situasi perkembangan Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 12 politik di daerah-daerah termasuk pulau Lombok terutama setelah pemberlakuan otonomi daerah. 3. Begitu juga dari aspek ekonomi, doktrin-doktrin mengenai nilai-nilai ekonomi Islam di tengah-tengah serangan badai hedonisme, kapitalisme dan sosialisme tidak nampak sedikitpun dalam visi dakwah Jamaah Tabligh. Sementara pemerintah daerah pada hari ini sedang berupaya melakukan “Islamisasi” terhadap beberapa komponen ekonomi seperti keuangan dan pariwisata. 4. Dari aspek pelestarian adat pula, gerakan Jamaah Tabligh seakan-akan bersikap acuh tak acuh dengan adat budaya serta kearifan lokal yang ada pada masyarakat setempat. Misalnya dari segi berpakaian, kelompok ini lebih mengutamakan pakaian ala “Afghan clothes” di banding memakai batik apalagi pakaian adat. Sementara masyarakat Lombok adalah masyarakat “taat adat” yang senantiasa menjaga menjaga dan melindungi kelestarian adat. Namun demikian tidak bermakna bahwa gerakan ini tidak menancapkan pengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Justru dalam konteks masyarakat Lombok gerakan ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan spiritual tidak hanya di kalangan masyarakat kelas bawah tapi juga kelas menengah dan atas. Bahkan di kalangan elit masyarakat terutama pejabat tidak sedikit yang kebijakan-kebijakannya dipengaruhi oleh doktrin Jamaah Tabligh. Sebagai contoh H. L. Bakri seorang birokrat dan politisi yang pernah menjabat sebagai Plt. Bupati Kabupaten Lombok Utara pernah membuat suatu kebijakan khusus yang dinamakan Out Bond Spiritual OBS dengan mewajibkan para pejabat di lingkungan pemerintah daerah Kabubaten Lombok Utara untuk khuruj selama tiga hari ke masjid-masjid. Walaupun Jamaah Tabligh bersikap “anti” terhadap dunia politik namun gerakan ini telah mampu menanamkan doktrinnya kepada tokoh agama, pejabat dan politisi. Di samping itu, dari aspek ekonomi dan gaya hidup Jamaah Tabligh telah mampu merubah pola hidup yang hedonis menjadi religius. Dari beberapa pernyataan responden yang penulis temui mengakui bahwa setelah bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka merasakan perubahan yang amat besar dalam kehidupan sehari-hari padahal hanya beberapa bulan mereka bergabung dalam jamaah ini namun mereka merasa memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun dalam upaya melakukan Islamisasi terhadap sistem perekonomian nampaknya Jamaah Tabligh tidak memiliki upaya secara langsung ke arah itu. Berdasarkan analisa penulis, ada beberapa faktor mengapa dakwah ke arah Islamisasi ekonomi tidak dilakukan. Pertama, karena doktrin-doktrin yang menjadi landasan dakwah tidak sedikit pun menyentuh persoalan tersebut. Kedua, SDM di kalangan Jamaah Tabligh yang mengusai bidang ini sangat minim, karena berdasarkan strata pendidikan mayoritas masyarakat yang bergabung dengan gerakan ini berpendidikan SLTA ke bawah. Tetapi yang menarik adalah walaupun kelompok ini tidak mampu untuk memberi pengaruh terhadap Islamisasi ekonomi, ternyata mereka memilki ghirah yang kuat untuk mengetahui praktik-praktik ekonomi Islam serta berupaya untuk melepaskan diri dari praktik-praktik ekonomi yang bertentangan dengan Islam. Dari aspek sosial juga kehadiran Jamaah Tabligh setidaknya telah dapat mengurangi kejahatan di tengah-tengah masyarakat Lombok. Dari beberapa responden yang penulis temui terdapat beberapa di antaranya mengakui bahwa sebelum bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka memiliki latar belakang kehidupan yang “gelap” ada di antara mereka yang pernah menjadi pencuri, perampok dan pecandu narkoba. Namun setelah bergabung dengan Jamaah Tabligh mereka merasakan perubahan yang amat besar dalam kehidupan mereka yang kini tidak lagi akrab dengan dunia gelap tapi justru menjadi pecinta ibadah. Di samping itu, gerakan Jamaah Tabligh juga telah mampu menghidupkan kembali suasana ibadah khususnya shalat berjamaah di beberapa masjid. Pengaruh ini sangat penting bagi masyarakat di pulau Lombok mengingat Lombok dikenal sebagai pulau seribu masjid. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat beberapa masjid di pulau Lombok yang sebelumnya “tidak hidup” dengan aktivitas ibadah kini menjadi “hidup” setelah dipengaruhi oleh Jamaah Tabligh seperti, Masjid di dusun Gelogor, desa Lendang Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 13 Nangka, Lombok Timur, Perampuan Lombok Barat, Sekotong, Genggelang Lombok Utara, dusun Lekok Lombok Utara dan lain-lain. Secara umum, terdapat beberapa pencapaian yang telah dihasilkan oleh gerakan Jamaah Tabligh dalam membangun masyarakat Muslim di Lombok antaranya 1 Keberhasilan Jamaah Tabligh mempengaruhi golongan elit terutama di kalangan pejabat memberi dampak yang cukup besar terhadap upaya membangun sistem pemerintahan yang “Islami” seperti yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara. 2 Hedonisme yang menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan terutama golongan kelas menengah Masyarakat semakin berkurang. 3 Masyarakat semakin gemar melakukan amal ibadah terutama dalam melaksanakan Shalat berjamaah. 4 Peningkatan jumlah Jamaah mesjid sehingga semakin hari masjid semakin hidup makmur yang dengan sendirinya berdampak pada peningkatan ukhuwah islamiyah dan silaturahmi. 5 Suasana keislaman di masyarakat mulai hidup di mana tingkat kenakalan remaja semakin berkurang. 6 Semangat menggali pengetahuan keislaman semakin tinggi Penulis juga menemukan beberapa kesan negatif dari pergerakan tabligh antaranya ialah 1. Doktrin gerakan ini terlalu fokus kepada ibadah individual dan tidak begitu peduli dengan ibadah-ibadah sosial. 2. Menurut gerakan ini Islam dimaknai terlalu sederhana seolah-olah Islam tidak bicara tentang ekonomi, politik dan kekuasaan. 3. Pengabaian terhadap kehidupan keluarga terutama isteri dan anak-anak yang ditinggalkan dakwah. Penulis telah menemukan beberapa kasus terkait pengabaian terhadap keluarga dengan menemui salah seorang isteri seorang anggota Jamaah Tabligh di Rembiga, Mataram yang menyampaikan keluh kesahnya karena dia dan anak-anaknya ditinggal oleh suami berdakwah tanpa memberikan nafkah selama berbulan-bulan. Bahkan si isteri tersebut mengancam untuk menggugat cerai suaminya. 4. Penulis menilai bahwa kasus seperti ini tidak terjadi secara kebetulan dan bukan kasus pengecualian yang harus diabaikan. Kasus meninggalkan anak isteri di rumah tanpa memberi nafkah memiliki justifikasi yang kuat bagi kalangan Jamaah Tabligh antaranya a Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya Nabi Ismail di tengah gurun dimana Allah-lah yang mencukupi rizkinya, b Isteri yang ditinggal dirumah oleh suami yang sedang berdakwah tidak seberapa penderitaannya dibanding ketika berada di alam kubur sendiri. c Kepergian suami berdakwah di jalan Allah jauh lebih besar manfaatnya daripada pergi meninggalkan rumah untuk melakukan maksiat. Justifikasi seperti inilah yang kadang membuat isteri harus rela ditinggal suaminya berbulan-bulan untuk berdakwah walaupun menjalani hidup tanpa nafkah. Respon Masyarakat Kehadiran Jamaah Tabligh yang mengembangkan doktrin berbeda dengan kelompok-kelompok mainstream di pulau Lombok tentu menimbulkan respon dan tanggapan yang beragam dari masyarakat. Secara umum penulis dapat membagi respon tersebut ke dalam tiga kategori 1. Menolak Kelompok yang menolak gerakan Jamaah Tabligh ini menilai bahwa Jamaah Tabligh meruakan pelaku bidaah karena menggunakan hadis-hadis dhaif dalam beramal. Bahkan gerakan ini juga dianggap sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selain karena alasan di atas, Jamaah Tabligh juga di anggap sebagai kelompok yang sering menelantarkan keluarga terutama istri dan anak-anak di rumah. 2. Menerima dan bergabung. Kelompok yang tertarik dengan dakwah Jamaah Tabligh bahkan terlibat secara langsung dengan program-program yang diadakan oleh kelompok ini serta ikut serta dalam kegiatan dakwah. Mereka yang menerima aktif ini dapat dikategorikan dalam tiga latar belakang a Golongan yang memang sudah menjalankan ibadah Islam dengan baik namun kemudian merasakan kelezatan iman yang lebih tinggi saat mengikuti kegiatan dakwah Jamaah Tabligh. b Golongan yang masih labil pelaksanaan ajaran Islam yang kemudian termotivasi karena selama pergaulannya dengan anggota Jamaah Tabligh mengalami peningkatan keislaman dan keimanan. c Golongan yang sama sekali tidak Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 14 mengamalkan ibadah atau ajaran Islam dan bahkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang kemudian selama pergaulan dengan anggota Jamaah Tabligh mengalami pencerahan spiritual. 3. Menerima tapi tidak mau bergabung. Kelompok masyarakat yang merasa nyaman dengan kehadiran Jamaah Tabligh bahkan selalu hadir dalam setiap kegiatan yang diadakan namun tidak ikut serta dalam berdakwah. 4. Acuh tak acuh. Ini adalah golongan yang baginya ada atau tidak Jamaah Tabligh di daerahnya dia tidak ambil pusing, tidak menolak dan tidak menerima, dan tidak memberikan komentar dan respon apapun. V. Kesimpulan Demikianlah gambaran ringkas mengenai profil, doktrin dan pengaruh Jamaah Tabligh terhadap pembangunan masyakat Muslim di pulau Lombok. Menurut pandangan penulis, Jamaah Tabligh merupakan gerakan yang sejalan dengan doktrin ahlus Sunnah Wal-Jamaah hanya saja ajarannya tidak menyeluruh dan tidak komperhensip. Ini karena gerakan ini tidak memberi penekenan terhadap persoalan politik, ekonomi dan sosial. Bahkan ketika persoalan ini ditanyakan kepada responden mereka menjawab dengan jawaban yang hampir sama yaitu Rasulullah s. a. w. tidak pernah berpolitik dan tidak terlibat dengan pemilu atau pilkada. Begitu tentang persoalan mengenai sistem ekonomi, perundang-undangan dan tata negara mereka menjawab bahwa ketika seseorang sudah memiliki iman dan amal yang kuat maka dengan sendirinya segala bentuk perintah dan larangan Allah akan ditaati oleh mereka yang benar-benar yakin dengan Allah dan hari Kiamat. Namun demikian, dari aspek amalan dan akhlak, Jamaah Tabligh memiliki militansi yang amat tinggi terutama dalam menjalankan ibadah shalat berjamaah. Demikian pula dengan akhlak ketika berdakwah, mereka tidak mengenal kata bosan, bahkan mereka sanggup membalas cacian dari orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran mereka dengan senyuman dan penuh kerelaan. Inilah yang menjadi daya pemikat kelompok ini sehingga tidak sedikit dari masyarakat berbagai kalangan yang ikut bergabung. Pengaruh yang ditanamkan oleh gerakan ini terhadap masyarakat Muslim di pulau Lombok tidak lah kecil terutama dalam membangun moral dan spiritual. Beberapa masjid yang pada awalnya sunyi kini menjadi hidup, individu yang pada awalnya hidup dalam dunia gelap kini telah kembali menemukan jati dirinya. Inilah contoh-contoh pencapaian yang dihasilkan oleh gerakan Jamaah Tabligh dalam membangun moral dan spritual masyarakat. Tetapi walaupun usaha ke arah pemantapan iman dan amal yang dilakukan oleh kelompok ini memiliki kekuatan tersendiri untuk mendorong kekuatan akidah. Namun, dalam konteks hari ini penulis menganggap kelompok ini perlu menganalisa kembali doktrin-doktrin yang dianut agar dapat memberikan kontribusi yang lebih luas lagi dalam skop dan perspektif masa kini. Oleh karena itu penulis menyarankan agar Jamaah Tabligh sebaiknya tidak hanya fokus kepada kajian-kajian hadis dan al-Qur’an secara literal saja, tapi hendaklah diperluas lagi skop dan cakupannya dengan mengkaji sumber-sumber sekunder lainnya yang dihasilkan oleh para ulama yang memahami tentang kandungan al-Qur’an dan Sunnah. Misalnya kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadis, atau kitab-kitab yang mengusung tema-tema kontemporer yang sejalan dengan pemikiran Islam. Sumber-sumber seperti ini harus lah disebar di tengah masyarakat dengan mengusung tema-tema yang dapat memberi kontribusi ke arah pemantapan akidah dalam segala aspek. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 15 DAFTAR PUSTAKA Al- Qur’an dan Terjemah. Abu Syadi. Syeikh Ayman. Nadzarah ilmiyyah di ahlit tabligh wad da’wah, Maktabah al-Majallat al-Arabiy Cairo. Aziz, Muhammad Ali. 2009. Ilmu Dakwah. JakartaKencana. Azra, Azyumardi [ Ensiklopedi Islam Jilid 1, Jakarta ichtiar Baru Van Hoeve, 1996. Anshari, Furqan Ahmad. 2000. Pedoman Bertabligh Bagi Ummat Islam. Yogyakarta Ash-Shaff. Benda harry J. et al Penyt.. 1974. Islam di Indonesia Sepintas Lalu Tentang Beberapa Segi. Jakarta Tintamas Indonesia. Darussalam dkk. 2011. Dakwah Jemaah Tabligh, Salatiga, STAIN Salatiga, 2011. Esposito John L. Islam dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2. Jakarta PT. Rineka Cipta. Haekal, Muammad Husain. 1982. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta Tintamas. Hakim, Abdul, 2003. Sudahkah Anda Mengenali Jama’ah Tabligh?, Jakarta Darul Qolam. Jurjis. 2001. Perilaku Berdakwah Jamaah Tabligh. Proposal. Makassar Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Krishnamurthi, Y. Bayu. 1994. Metode Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan Tinggi. Leeman. Albert. 1989. Internal and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in Lombok, Zurich Universitat Zurich. Manshur, Maulana Muhammad. 2000. Masturah Usaha Dakwah di Kalangan Wanita. Bandung Pustaka Ramadhan. Mahbub ul Haq .1995. Reflection of Human developement. New York. Oxford of University Press. Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi. 2006. Himpunan Fadhailul A’mal, terj. Abdurrahman Ahmad, Yogyakarta As-Shaf. Maulana Sayid Muhammad Syahid, 2003, Menjawab kritikan atas kitab Fadhailul A’mal, Bandung Pustaka Dai. Maulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997 Moleong, Lexy J. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya. Mulkhan, Abdul Munir. 2000. Neosufisme dan Pudarnya Fundamentalisme di Pedesaan. Yogyakarta UII Press. Mani’ bin Hammad al-Jahni, Al Mausuah al Muyassarah fil Adyan wal Madzahib wal Ahzab al Muashirah, Riyadl Darun Nadwah al Alamiyah, 1418 H Rusdi Muhtar. Teknik Penulisan Ilmiah Bidang IPS Modul Diklat Fungsional Penulis Tingkat Pertama. Cibinong Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Penulis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. 2007 Syeikh Mulana Muhammad Yusuf al-kandahlawi yang disusun kembali oleh Maulana Muhammad Saad al-Kandahlawi, 2006. Muntakhab Ahadits Dalil-dalil pilihan enam sifat utama, Yogyakarta As-Shaf. Al-I’lam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 1, No 2, March 2018, pp. 01-16 e-ISSN 2615-1243 16 Sayyid Abul Hasan Ali Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas Asshaf, 1999, Suprayitno, Aktivitas Jamaah Tablgih Di Medan Dalam Transformasi Nilai-Nilai Agama Islam Pusat Penulisan IAIN Sumatera Utara Medan 25 Juni 2007. Suparta, Munzir, dan Hajani Hefni, ed. Metode Dakwah. Jakarta Kencana 2006. Yunus, Mahmud dan Muhammad Qasim Bakry. 1930. Al-QāmĆ«s al-Zahabiy. Mesir Al Mathba’ah Al-Rahmaniyah. ... In the village of Nizamuddin, India, the Tablighi Jamaat has a mosque as a tabligh center surrounded by four guardian graves. From there, the Da'wah of the Tablighi Jamaat spread to Pakistan, Bangladesh, and East Asian countries worldwide Abdillah, 2018. In Indonesia, the entry of the Tablighi Jamaat consists of several versions. ...... From the cultural aspect, cultural rituals shown through practice and clothing illustrate that the Lombok people, besides being religious, are also very obedient to customs and culture. The obedience of the Lombok people in this culture can be seen in various aspects, including religion Abdillah, 2018. ...Irpan IrpanThe purpose of the study was to determine the driving factors for the acceptance process of the Lombok Muslim community towards the da'wah of the Tablighi Jamaat. This is based on the reality of da'wah, which shows a movement against the activism of transnational da'wah movements. The research was conducted through a qualitative approach—data collection techniques through participant observation, unstructured interviews, and documentation. Data analysis follows the stages of the Miles, Huberman, and Saldana interactive model. The study's results stated that the acceptance of the Lombok Muslim community towards the Tablighi Jamaat was due to the good social interaction between the Tablighi Jamaat community and the Lombok Muslim community. Including strengthening teachings, namely the importance of reviving the sunnah of the prophet, conveying greetings, the essence of brotherhood, the urgency of praying in congregation, and turning on the knowledge assembly. The da'wah approach is carried out through distance or friendship and the attitude of glorifying others Ikram. The communication used is empathic and persuasive. The implication of the research shows that all levels of society can reasonably respond to da'wah politely and with a noble purpose. In addition, at a particular stage, the mindset and behavior of the community can be formed in carrying out Amar makruf nahi munkar.... Pada tahun 1954 Jamaah Tabligh sudah mengalami kemajuan, dan pada tahun 1970 sudah menyebar diberbagai wilayah Indonesia sampai sekarang. Penyebaran jamaah tabligh di Indoneisa pada awalnya hanya berbentuk satu syura, kemudian seiring waktu berpecah dalam dua kubu 1 Kubu Cecep Firdaus bermarkas di Kebun Jeruk; 2 kubu Muslihuddin Jafar yang bertempat di Madjis al-Muttaqin Ancol Abdillah, 2018. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... "Sacrifice" As Form of DakwahHarifuddin Halim 1 , Ahmad Usman 2 , Asmirah 3 , Muhammad Masdar 4 56 There are many studies on Jamaah Tabligh groups in various perspectives, such as research by Kurniati and Harifuddin on Jamaah Tabligh Da'wah Communication Abidin & Halim, 2019. Abdillah's research Abdillah, 2018 about the influence of the preaching of the tabligh congregation in development in Lombok, research by Ikbar, et al on the social cohesiveness of the Tabligh Jamaah group in Malang City Ikbar et al., 2019. However, research on the application of the concept of sacrifice in this group has not been done and it is interesting to explore and study. ...Harifuddin HalimAhmad UsmanAsmirah AsmirahMuhammad MasdarThis study aims to reveal the forms of sacrifice as a model of preaching carried out by members of the Tabligh group. They do this as a manifestation of their belief in the Islamic religion that they profess. This study used a quantitative method with a survey approach to the Tablighi group. This approach is appropriate in expressing one focus of study, namely sacrifice as a model for group da'wah. The data was collected using a questionnaire to 25 members of the Tabligh group related to the 'sacrifice' da'wah model they carried out. The results showed the form of sacrifice as a model of da'wah in their beliefs in the form of sacrifice of time, sacrifice of work, sacrifice of family, sacrifice of wealth, sacrifice of self, and sacrifice of feelings. They think all of these things are material that must be sacrificed to get a reward from Allah SWT.... Research on the elements of value education in the Tablighi Jamaat group as the substance of its mission Halim, 2011. Research on the influence of the Da'wah of the Tablighi Jamaat on the development of the Muslim community which reveals the success of its da'wah in changing the behavior of thugs into morals Abdillah, 2018. Based on these studies, it can be explained that the Tablighi Jamaat group has a good impact on Muslims, especially in improving behavior to become more moral. ... Harifuddin HarifuddinRasyidah ZainuddinMuhammad MasdarThis study aims to describe student perceptions regarding the model of the Tablighi Jamaat. To achieve this, this study uses a quantitative descriptive method with a survey approach. The population of this study was 500 students of the Faculty of Social and Political Sciences, Bosowa University, and the sample was determined to be 60 using quota sampling technique. The data collection technique used a research instrument with a Likert Scale technique. The data analysis technique used is frequency tabulation with percentage technique. The results showed as follows 1 The perception of FISIP students at the University of Bosowa towards the Da'wah model of the Tablighi Jamaat group was categorized as 'bad/low'. 2 The effectiveness of the da'wah model was classified as poor/low. The conclusion of this study is that the da'wah model of this group is bad, so it is suggested that this group should change their da'wah model and adapt to the current socio-cultural KarimThis paper aims to find out the practice of khuruj fi sabilillah as a Sufism movement run by Jamaah Tabligh and to know the style of the khuruj fi sabilillah movement from the perspective of the Islamic renewal movement in the city of Palembang. This research is field research with primary data sources from observation, interviews, and documentation. Meanwhile, in data analysis techniques, the authors use the method proposed by Miles and Huberman. This study found that the tablighi congregation presented a new typology in the Islamic renewal movement moderate radicalism with a Sufistic nuance. This study also found new facts, namely three periods of movement; the introduction period 1965-1985, consolidation period 1985-1992, and expansion period 1992-present. The teachings of Sufism carried out by Jama'ah Tabligh are believing in and realizing the essence of the sentence of thayyibah, khusyu' and khudu' prayers, knowledge, and remembrance, glorifying Muslims, improving intentions, and da'wah ilallah. This research is expected to make an academic contribution to the treasures of Islamic science, especially in the field of Sufism. It is expected to be able to enlighten the public about the Sufism movement or khuruj fi sabilillah, which the Tablighi Jamaat runs. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui praktik khuruj fi sabilillah sebagai gerakan sufisme yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh serta mengetahui corak gerakan khuruj fi sabilillah perspektif gerakan pembaharuan Islam di kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan sumber data primer yang dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data, penulis meggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini menemukan bahwa jama’ah tabligh menampilkan tipologi baru dalam gerakan pembaharuan Islam, yaitu radikalisme-moderat yang bernuansa sufistik. Penelitian ini juga menemukan fakta baru, yaitu tiga periodisasi gerakan; periode perkenalan 1965-1985, periode konsolidasi 1985-1992, dan periode ekspansi 1992-sampai sekarang. Adapun ajaran tasawuf yang dijalankan oleh Jama’ah tabligh ialah meyakini dan mewujudkan hakikat kalimat thayyibah, salat khusyu’ dan khudu’, ilmu dan zikir, memuliakan umat muslim, memberbaiki niat, dan dakwah ilallah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi khazanah ilmu keislaman khususnya di bidang ilmu tasawuf serta diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang gerakan sufisme atau khuruj fi sabilillah yang dijalankan oleh Jamaah Wahiduddin KhanMaulana Wahiduddin Khan, Tabligh Movement, New Delhi The Islamic Center, 1997Muhammad AzizAliAziz, Muhammad Ali. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta DkkDarussalam dkk. 2011. Dakwah Jemaah Tabligh, Salatiga, STAIN Salatiga, dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2L Esposito JohnEsposito John L. Islam dan Pembangunan terj. Sahat Simamora. 1992. Cetakan ke-2. Jakarta PT. Rineka Anda Mengenali Jama'ah Tabligh?Abdul HakimHakim, Abdul, 2003. Sudahkah Anda Mengenali Jama'ah Tabligh?, Jakarta Darul Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan TinggiY KrishnamurthiBayuKrishnamurthi, Y. Bayu. 1994. Metode Penulisan Sosial Ekonomi. Jakarta Dirgutiswa Dirjen Pendidikan and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in LombokLeemanAlbertLeeman. Albert. 1989. Internal and external factor of socio-cultural and socio-economic dynamic in Lombok, Zurich Universitat Usaha Dakwah di Kalangan WanitaMaulana ManshurMuhammadManshur, Maulana Muhammad. 2000. Masturah Usaha Dakwah di Kalangan Wanita. Bandung Pustaka of Human developementHaq Mahbub UlMahbub ul Reflection of Human developement. New York. Oxford of University Penelitian KualitatifLexy J MoleongMoleong, Lexy J. 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT Remaja Rosdakarya. Jaringan Jamaah Tabligh Pengikut Jamaah Tabligh tersebar di lima benua terdiri dari 215 negara. Adapun pusat Jamaah Tabligh berada di perkampungan Nidzammudin, Delhi, India. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikelilingi oleh 4 kuburan wali. Dari Niszamudin inilah gerakan Jamaah Tabligh dikendalikan.
O Conceito da BĂ­blia Deve-se orar Ă  Virgem Maria? MARIA Ă© uma figura conhecida pela maioria dos que sabem um pouco sobre o cristianismo. As Escrituras relatam que o Deus Todo-Poderoso abençoou de forma especial esta jovem por escolhĂȘ-la para ser a mĂŁe de Jesus. O nascimento de Jesus foi Ășnico pelo fato de Maria ser virgem quando o concebeu. Algumas igrejas da cristandade hĂĄ muito tempo veneram Maria de forma especial. Em 431 EC, o ConcĂ­lio de Éfeso proclamou-a “MĂŁe de Deus”, e hoje em dia muitas pessoas sĂŁo ensinadas a orar a ela. * Os que sĂŁo adoradores sinceros sabem que devem orar Ă  pessoa certa. O que a BĂ­blia ensina nesse respeito? Devem os cristĂŁos orar Ă  Virgem Maria? “Ensina-nos a orar” O Evangelho de Lucas relata que um dos discĂ­pulos de Jesus pediu-lhe “Senhor, ensina-nos a orar.” Em resposta, Jesus começou por dizer “Sempre que orardes, dizei Pai, santificado seja o teu nome.’” TambĂ©m, no SermĂŁo do Monte, Jesus instruiu os seus seguidores a orar “Nosso Pai nos cĂ©us, santificado seja o teu nome.” — Lucas 111, 2; Mateus 69. Em primeiro lugar, aprendemos que a oração ou outra forma de adoração deve ser dirigida ao Pai de Jesus, que Ă© JeovĂĄ. Em lugar nenhum a BĂ­blia nos autoriza a orar a qualquer outra pessoa. Isto Ă© apropriado porque, como MoisĂ©s foi informado ao receber os Dez Mandamentos, JeovĂĄ Ă© “um Deus que exige devoção exclusiva.” — Êxodo 205. Que dizer do rosĂĄrio? Muitos dos que oram a Maria aprendem que Ă© possĂ­vel obter bĂȘnçãos atravĂ©s da repetição de um conjunto de palavras — oraçÔes tais como Ave Maria, Pai Nosso e outras. Para os catĂłlicos, “a forma mais comum de devoção a Maria Ă©, sem dĂșvida, o rosĂĄrio”, diz o livro Symbols of Catholicism SĂ­mbolos do Catolicismo. O rosĂĄrio Ă© um ato religioso em honra Ă  Virgem Maria. O termo se refere tambĂ©m a um fio de contas usado para a contagem das oraçÔes. “Cinco conjuntos de dez contas, separadas por uma conta individual”, explica o mesmo livro, “sĂŁo um convite para cinqĂŒenta recitaçÔes da Ave Maria’, cinco do Pai Nosso’ e cinco de GlĂłria ao Pai’”. SerĂĄ que Deus escuta com favor Ă  recitação devota do rosĂĄrio? Vale ressaltar que as instruçÔes que Jesus forneceu aos seus discĂ­pulos nos dĂŁo uma resposta confiĂĄvel. Ele disse “Ao orares, nĂŁo digas as mesmas coisas vez apĂłs vez, assim como fazem os das naçÔes, pois imaginam que serĂŁo ouvidos por usarem de muitas palavras.” Mateus 67 Portanto, Jesus disse especificamente aos seus discĂ­pulos que evitassem repetir conjuntos prĂ©-estabelecidos de palavras nas suas oraçÔes. No entanto alguĂ©m talvez pergunte Mas Jesus nĂŁo ensinou que os seus discĂ­pulos deviam repetir o Pai Nosso, que faz parte do rosĂĄrio?’ É preciso notar que Jesus forneceu uma oração-modelo, que veio a ser conhecida como a oração do Pai Nosso. No entanto, devemos lembrar que ele fez isso imediatamente apĂłs dar o aviso acima para nĂŁo dizer “as mesmas coisas vez apĂłs vez”. As diferenças das expressĂ”es que Jesus usou nos dois exemplos em que ensinou como orar sĂŁo uma evidĂȘncia de que ele nĂŁo desejava que a oração-modelo fosse memorizada e repetida.Mateus 69-15; Lucas 112-4 As idĂ©ias que Jesus expressou nessas ocasiĂ”es sĂŁo iguais, mas as suas palavras nĂŁo sĂŁo as mesmas. Isto leva-nos Ă  conclusĂŁo de que Jesus simplesmente forneceu modelos ou exemplos de como seus discĂ­pulos podem orar e sobre o que Ă© adequado orar. Mais importante ainda Ă© que as suas palavras indicam a quem as oraçÔes devem ser dirigidas. Respeito por Maria O fato de as Escrituras nĂŁo ensinarem os cristĂŁos a orar a Maria nĂŁo mostra falta de respeito pelo papel que ela desempenhou na realização do propĂłsito de Deus. As bĂȘnçãos que virĂŁo atravĂ©s do Filho dela beneficiarĂŁo eternamente toda a humanidade obediente. A prĂłpria Maria disse “Todas as geraçÔes me proclamarĂŁo feliz.” E Elisabete, prima de Maria, disse que ela era “abençoada . . . entre as mulheres”. De fato, para Maria foi um privilĂ©gio maravilhoso ter sido escolhida para dar Ă  luz o Messias. — Lucas 142, 48, 49. No entanto, Maria nĂŁo Ă© a Ășnica mulher a quem as Escrituras chamam de abençoada. Por causa dos atos que Jael realizou em prol da antiga nação de Israel, ela tambĂ©m foi considerada como tendo sido “abençoada entre as mulheres”. JuĂ­zes 524 A fiel Jael, Maria e muitas outras mulheres tementes a Deus, mencionadas na BĂ­blia, certamente merecem ser imitadas, mas nĂŁo veneradas. Maria era uma seguidora fiel de Jesus. Ela estava presente em vĂĄrias ocasiĂ”es durante o seu ministĂ©rio terrestre e tambĂ©m quando ele morreu. ApĂłs a ressurreição de Jesus, ela e os irmĂŁos de Jesus “persistiam em oração”. Isto dĂĄ-nos razĂ”es para acreditar que, assim como eles, ela tambĂ©m foi ungida com espĂ­rito santo em Pentecostes de 33 EC e assim tambĂ©m tinha a esperança de fazer parte da classe da noiva que reinarĂĄ no cĂ©u com Cristo. — Mateus 1928; Atos 114; 21-4; Revelação Apocalipse 212, 9. PorĂ©m, isto nĂŁo nos dĂĄ autoridade para orar a Maria. OraçÔes sinceras sĂŁo uma parte essencial da adoração e os cristĂŁos sĂŁo incentivados a persistir em oração’. Romanos 1212 No entanto, toda essa devoção deve ser dirigida apenas a JeovĂĄ, por meio de Jesus Cristo. — Mateus 410; 1 TimĂłteo 25. [Notas de rodapĂ©] ^ parĂĄgrafo 3 A idĂ©ia de que Maria Ă© a mĂŁe de Deus baseia-se na doutrina antibĂ­blica da Trindade, que afirma que Jesus Ă© Deus.

musyawarahpernyataan sikap, para Kiyai pulang ke rumah masing-masing. Tempat musyawarah waktu itu dilaksanakan di Tebuireng. Saat Hadhratus Syekh KH. Hasyim Asy'ari istirahat, di dalam istirahat itu beliau diingatkan Allah Swt. lewat mimpi, dimana dalam mimpi itu KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama seluruh Nusantara mengadakan shalat jama'ah

FATWA PARA ULAMA SUNNAH TENTANG JAMA’AH TABLIGHPendahuluan Segala puji hanya untuk Allah semata, dan salawat dan salam atas Rasulullah dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya dan atas siapa yang mengikuti petunjuknya. Amma ba’ telah sampai kepada penyusun beberapa lembaran yang berisikan perkataan dua orang alim salafi Syaikh Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin, dimana sebagian orang Jamaah Tabligh ini menyebarkan dan membagi-bagikannya di kalangan orang yang tidak menmpunyai ilmu dan orang yang tidak mengetahui hakikat manhaj ajaran mereka yang batil dan aqidah mereka yang pada perkataan dua orang Syaikh itu terdapat apa yang melayani mereka. Sebenarnya, perkataan Syaikh Ibnu Baz berdasarkan kepada ungkapan dan pengakuan seorang tabligh atau orang simpatisan dengan mereka, ia menceritakan kepada Syaikh Ibnu Baz berbeda dengan apa yang mereka pegang, dan ia menggambarkan kepada Syaikh tentang mereka tidak seperti gambaran mereka yang sebenarnya. Apa yang kita katakan ini dipertegas oleh ucapan Syaikh Ibnu Baz sendiri, beliau berkata “Dan tidak diragukan lagi sesungguhnya manusia masyarakat sangat membutuhkan sekali kepada seperti pertemuan-pertemuan yang baik ini, yang berkumpul untuk mengingatkan kepada Allah dan dakwah mengajak kepada berpegang kepada agama Islam dan mempraktekan ajaran-ajrannya dan memurnikan tauhid dari bid’ah-bid’ah dan khurafat-khurafat”.Lihat fatwa beliau no 1007 tertanggal 17/8/1407, yaitu yang sekarang disebarkan oleh Jamaah TablighHal ini mengambarkan bahwasanya penulis pengakuan dan pernyataan itu sungguh telah menyebutkan pada pernyataannya itu, bahwa sesungguhnya jamaah ini mengajak kepada berpegang teguh dengan agama Islam dan mempraktekkan ajarannya serta memurnikan tauhid dari bid’ah-bid’ah dan khurafat-khurafat. Maka dengan sebab itulah Syaikh memuji seandainya penulis pernyataan itu mengatakan perkataan yang benar tidak berbohong tentang mereka, dan menggambarkan mereka sesuai dengan hakikat mereka yang sebenarnya, dan menerangkan ajaran mereka yang rusak, niscaya kita tidak melihat dari Imam Ibnu Baz yang salafi muwahhid yang bertauhid ini kecuali celaan pada mereka, dan tahdzir peringatan dari mereka dan dari bid’ah-bid’ah mereka seperti yang beliau lakukan dalam fatwa beliau terakhir tentang mereka yang dilampirkan dalam makalah dalam perkataan allamah Ibnu Utsaimin apa yang melayani mereka, lihatlah kepada perkataan beliau berikut ini “Catatan Jikalau perbedaan itu terdapat pada masalah-masalah aqidah maka wajiblah diperbaiki dan apa saja yang berbeda dengan mazhab salaf maka wajiblah diingkari dan ditahzir diperingatkan untuk menjauhi dari orang yang menempuh/melakukan apa yang menyelisihi mazhab salaf pada permasalahan fatwa Ibnu Utsaimin 2/939-944 sebagaimana yang ada dalam selembaran yang disebarkan oleh Jamaah Tabligh diragukan lagi sesungguhnya perbedaan antara salafiyin, ahlu sunnah dan tauhid dengan Jamaah Tabligh, adalah perbedaan yang kuat, dan dalam, tentang masalah aqidah dan manhaj.Karena, mereka itu adalah beraqidah Maturidiyah yang menghapus sifat-sifat Allah, mereka adalah sufi dalam masalah ibadah dan adab, mereka melakukan bai’at berdasarkan atas empat ajaran terikat sufiyah yang tenglam dalam kesesatan dan diantaranya, sesungguhnya ajaran sufi itu berdiri atas ajaran hululiayh Allah menyatu dengan Makhluk dan wihdatul wujud Allah dan makhluk itu satu, perbuatan syirik dengan kuburan, dan lainnya dari bentuk-bentuk ini, dapat dipastikan allamah Ibnu Utsaimin tidak mengetahuinya tentang mereka, kalau seandainya beliau mengetahui hal itu pasti ia telah menghukum mereka dengan kesesatan dan pasti beliau telah mentahdzir memperingatakan dari mereka dengan peringatan yang keras, dan tentu beliau telah menempuh jalan salafy terhadap mereka, seperti yang dilakukan oleh dua orang Syaikh beliau yaitu Imam Muhammad Bin Ibrahim dan Imam Ibnu seperti yang dilakukan oleh Syaikh Al-Albani, Syaikh Abdur Razzaq Afifi, Syaikh Fauzan, Syaikh Hamud At Tuwaijiri, Syaikh Taqiyuddin Al Hilali, Syaikh Sa’ad Al-Hushein, Syaikh Saifur Rahman dan Syaikh Muhammad Aslam. Dan mereka-mereka ini mempunyai karangan-karangan yang agung yang menerangkan akan kesesatan Jamaah Tabligh, dan bahayanya apa yang mereka pegang dari segi aqidah dan manhaj yang sesat, maka hendaklah orang yang mencari kebenaran merujuk kepada karangan-karangan itu. Dan sungguh Abdur Rahman Al Misri telah menarik kembali apa yang telah ia tulis berhubungan dengan pujiannya terhadap Jamaah Tabligh dan mengakui kesahalannya di hadapanku penulis.Adapun Yusuf Al-Malahi, beliau ini adalah diantara orang-orang yang ikut bersama mereka selama bertahun-tahun, kemudian ia menulis satu kitab tentang mereka, dengan menerangkan kesesatan mereka, rusaknya akidah mereka, kemudian sangat disayangkan sekali, ia kembali meninggalkan kebenaran dan fakta, dan ia telah menulis tentang mereka dalam kitabnya yang terakhir, sedang kitabnya yang pertama menyokongnya, dan apa yang telah ditulis oleh para ulama manhaj salaf tentang mereka mematahkan kebatilannya. Kaidah yang mulia mengatakan Jarh celaan lebih didahulukan atas ta’dil pujian, membantah setiap pujian yang keluar dari siapapun, jika kiranya orang-orang Jamaah Tabligh berpegang teguh kepada kaidah-kaidah islamy yang benar, dan menempuh jalan-jalan ahli ilmu dan penasehat, terhadap Islam dan oleh Syaikh Rabi bin Hadi Al Madkhali. Pada tanggal Tahdzir Peringatan Dari Jama’ah Tabligh Fatwa Terakhir Syaikh Abdul Aziz Bin Baz Tentang Tahdzir Peringatan Dari Jamaah Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz telah ditanya tentang Jamaah Tabligh, si penanya berkata “Wahai samahatu Syaikh, kami mendengar tentang Jamaah Tabligh dan dakwah yang mereka lakukan. Apakah Syaikh menasehatiku untuk bergabung dengan jamaah ini? Saya mohon diberi bimbingan dan nasehat, semoga Allah melipat gandakan pahala Syaikh”Maka Syaikh menjawab dengan mengatakan Setiap orang yang berdakwah kepada Allah maka ia adalah mubaligh, balighu anni walau ayah artiya “sampaikanlah dariku walau satu ayat”. Akan tetapi Jamaah Tabligh yang terkenal, yang berasal dari India ini, mereka memiliki khurafat-khurafat, mereka memiliki sebagian bid’ah-bid’ah dan perbuatan syirik, maka tidak boleh keluar berpergian bersama mereka, kecuali seorang yang memiliki ilmu, ia keluar untuk mengingkari perbuatan mereka, dan mengajar mereka. Adapun jikalau ia keluar untuk mengikuti mereka, maka jangan jangan keluar bersama mereka-pent.Karena mereka memiliki khurafat-khurafat, mereka memiliki kesalahan dan kekurangan dalam ilmu, akan tetapi jika ada jamaah dakwah selain mereka dari kalangan ahli ilmu dan ahli pemahaman, maka tidak mengapa-pent ia keluar bersama mereka untuk berdakwah kepada seseorang yang memiliki ilmu, dan pemahaman, maka ia keluar bersama mereka untuk memahamkan mereka, mengingkari kesalahan mereka, dan membimbing mereka kepada jalan yang baik, serta mengajar mereka, sehingga mereka meninggalkan mazhab ajaran yang batil, dan memegang mazhab ahli sunnah wal jamaah.”Maka hedaklah jamaah tabligh dan siapa yang simpati kepada mereka mengambil faidah dari fatwa ini yang menjelaskan kondisi mereka sebenarnya, akidah mereka, manhaj mereka dan karangan-karangan pemimipin mereka yang mereka ikuti.[Saya mentankskripkan dari kaset dengan judul Fatwa samahatus Syaikh Abdul Aziz Bin Baz ala Jamaatu Tabligh, fatwa ini dikeluarkan di Taif kira-kira dua tahun sebelum beliau wafat, dan di dalamnya terdapat bantahan terhadap kekeliruan Jamaah Tabligh terhadap perkataan yang lama yang bersumber dari Syaikh, sebelum jelas baginya akan hakikat kondisi dan manhaj mereka]Jama’ah Tabligh dan Ikhwan Tergolong Dari 72 Golongan Firqah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz telah ditanya Semoga Allah berbuat baik kepada Anda, hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, tentang berpecahnya umat-umat yakni sabda beliau “Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan kecuali satu”. Apakah Jamaah Tabligh dengan kondisi mereka yang memiliki beberapa kesyirikan dan bid’ah, dan Jamaah Ikhwan Muslimin dengan kondisi mereka yang memiliki sifat hizbiyah berkelompok, dan menentang penguasa, serta tidak mau tanduk dan patuh, apakah dua golongan ini masuk ? ke dalam hadits tadi-pent”.Maka Syaikh menjawab “Dia masuk dalam 72 dolongan ini; siapa yang menyelisihi akidah ahli sunnah maka ia telah masuk kepada 72 golongan. Maksud dari sabda beliau umatku adalah umat ijabah artinya mereka yang menerima dan menampakkan keikutan mereka kepada beliau, tujuh puluh tiga golongan, yang lolos dan selamat adalah yang mengikuti beliau dan konsekwan dalam agamanya. Dan tujuh puluh dua golongan, di antara mereka ada bermacam-macam, ada yang kafir, ada yang bermaksiat dan ada yang berbuat bid’ah”.Lalu si penanya berkata “Maksudnya kedua golongan ini Jamaah Tabligh dan Ikhwan termasuk dari tujuh puluh dua ?Syaikh menjawab “Ya. Termasuk dari tujuh puluh dua, begitu juga Murjiah dan lainnya, Murjiah dan Khawarij. Oleh sebagain ahli ilmu memandang Khawarij tergolong dari orang kafir yang keluar dari Islam, akan tetapi ia termasuk dari keumuman tujuhpuluh dua dari pelajaran beliau dalam Syarh al Muntaqa di kota Taif, ini terdapat di dalam kaset rekaman, sebelum beliau wafat kira-kira dua tahun atau kurangHukum Khuruj Keluar Bersama Jama’ah Tabligh. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz telah ditanya “Saya telah keluar bersama Jamaah Tabligh ke India dan Pakistan, kami berkumpul dan shalat di mesjid-mesjid yang di dalamnya terdapat kuburan, dan saya mendengar bahwa shalat di mesjid yang di dalamnya terdapat kuburan, maka shalatnya batal tidak sah, apakah pendapat Syaikh tentang shalat saya, apakah saya mengulanginya, dan apa hukum khuruj keluar bersama mereka kepada tempat-tempat seperti ini?Jawaban “Bismillah walhamdulillah, amma ba’du Sesungguhnya Jamaah Tabligh, mereka tidak mempunyai ilmu dan pemahaman dalam masalah-masalah akidah, maka tidak boleh keluar khuruj bersama mereka, kecuali bagi orang yang memiliki ilmu dan pemahaman tentang akidah yang benar yang dipegang teguh oleh ahli sunnah wal jamaah, sehingga ia membimbing, dan menasehati mereka, serta bekerja sama dengan mereka dalam kebaikan, karena mereka gesit dalam beramal, akan tetapi mereka butuh penamahan ilmu dan butuh kepada orang yang akan memahamkan mereka dari kalangan ulama-ulama tauhid dan sunnah. Semoga Allah menganugerahkan kepada semua akan pemahaman dalam agama dan konsekwen di shalat di dalam mesjid-mesjid yang di dalamnya ada kuburan, maka shalatnya tidak sah, dan kamu wajib mengulangi shalat yang kamu kerjakan di mesjid-mesjid itu, karena Nabi bersabda “Allah telah melaknat Yahudi dan Nasrani yang mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai mesjid”. muttafaqun alaihi. Dan sabda Beliau ŰŁÙŽÙ„Ű§ÙŽ ÙˆÙŽŰ„ÙÙ†Ù‘ÙŽ مَنْ ÙƒÙŽŰ§Ù†ÙŽ Ù‚ÙŽŰšÙ’Ù„ÙŽÙƒÙÙ…Ù’ ÙƒÙŽŰ§Ù†ÙÙˆŰ§ يَŰȘÙ‘ÙŽŰźÙŰ°ÙÙˆÙ†ÙŽ Ù‚ÙŰšÙÙˆŰ±ÙŽ ŰŁÙŽÙ†Ù’ŰšÙÙŠÙŽŰ§ŰŠÙÙ‡ÙÙ…Ù’ ÙˆÙŽŰ”ÙŽŰ§Ù„ÙŰ­ÙÙŠÙ‡ÙÙ…Ù’ Ù…ÙŽŰłÙŽŰ§ŰŹÙŰŻÙŽ ŰŁÙŽÙ„Ű§ÙŽ ÙÙŽÙ„Ű§ÙŽ ŰȘَŰȘÙ‘ÙŽŰźÙŰ°ÙÙˆŰ§ Ű§Ù„Ù’Ù‚ÙŰšÙÙˆŰ±ÙŽ Ù…ÙŽŰłÙŽŰ§ŰŹÙŰŻÙŽ Ű„ÙÙ†Ù‘ÙÙŠ ŰŁÙŽÙ†Ù’Ù‡ÙŽŰ§ÙƒÙÙ…Ù’ Űčَنْ Ű°ÙŽÙ„ÙÙƒÙŽâ€œIngatlah sesungguhnya orang sebelum kalian, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai mesjid, ingatlah, maka janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai mesjid, sesungguhnya saya melarang kalian akan itu“. [Hadits Riwayat Muslim]Dan hadits-hadits pada hal ini sangatlah banyak, wa billahi taufiq, semoga Allah menanugerakan salawat dan salam atas nabi kita Muhammad dan atas keluarganya serta sahabatnya. Fatwa tertanggal 2/11/1414HSekitar perkataan Syaikh Abdul Aziz Bin Baz “Maka tidak boleh khuruj keluar bersama mereka, kecuali orang yang mempunyai ilmu dan pemahaman tentang akidah yang shahih yang dipegang teguh oleh ahli sunnah wal jamaah, sehingga ia bisa membimbing dan menasehati mereka serta bekerja sama dengan mereka untuk melakukan kebajikan.”Penyusun mengatakan Semoga Allah merahmati Syaikh, kalaulah mereka itu mau menerima nasehat, dan bimbingan dari ahli ilmu, tentulah tidak ada halangan untuk keluar khuruj bersama mereka, akan tetapi realita yang membuktikan bahwasanya mereka tidak mau menerima nasehat dan tidak mau meninggalkan kebatilan mereka. Disebabkan ta’asub fanatik dan sikap menuruti hawan nafsu mereka yang mereka menerima nasehat-nasehat para ulama, niscaya mereka telah meninggalkan manhaj mereka yang batil dan pastilah mereka telah menempuh jalan ahli tauhid dan seandainya permasalahannya seperti itu, maka tidaklah boleh khuruj keluar bersama mereka, sebagaimana sikap itu merupakan sikap manhaj salafusholeh yang berpengang kepada kitab dan sunnah dalam mentahdzir memperingatkan dari ahli bid’ah dan dari bergaul serta bermajlis dengan mereka, karena hal itu adalah menambah banyaknya keanggotaan mereka, dan membantu dan memperkuat tersebarnya kesesatan mereka, dan hal itu adalah pengkhianatan terhadap agama Islam dan kaum muslimin, terpedaya oleh mereka dan kerja sama dalam melakukan dosa dan melampaui mereka itu melakukan bai’at berdasarkan atas 4 macam tarikat ajaran sufi yang di dalamnya terdapat keyakinan hululiyah Allah menepati makhluk dan wahdatul wujud Allah dan makhluk satu serta syirik dan bid’ Lajnah Daimah Tentang Jama’ah Tabligh. No fatwa 17776, tertanggal 18/3/1416 penanya Muhammad Kahlid Al Habsi bertanya setelah ia mengemukakan pertanyaan pertama, sebagai berikut Pertanyaan Kedua “Saya pernah membaca beberapa fatwa Syaikh Ibnu Baz. Dan Syaikh mendorong / mengajak pelajar penuntut ilmu untuk keluar khuruj bersama Jamaah Tabligh, dan alhamdulillah kami telah khuruj bersama mereka, dan kami memetik faidah yang banyak, akan tetapi, wahai Syaikh yang mulia, saya melihat sebagian amalan yang dikerjakan-pent tidak ada tercantum di dalam Kitabullah dan sunnah rasul-Nya seperti Membuat lingkaran di dalam mesjid pada setiap dua orang atau lebih, lalu mereka saling mengingat sepuluh surat terakhir dari Al Quran, dan konsisten dalam menjalankan amalan ini dengan cara seperti ini pada setiap kali kami khuruj keluar.Ber’itikaf pada seriap hari Kamis dalam bentuk terus hari untuk khuruj, yaitu tiga hari dalam satu bulan, empat puluh hari setiap tahun dan empat bulan seumur doa berjamaah setiap setelah bayan pelajaran. Bagaimanakah wahai Syaikh yang mulia, jika seandainya saya keluar bersama jamaah ini, dan saya melakukan amalan-amalan dan perbuatan ini yang tidak pernah terdapat di dalam kitabullah dan sunnah rasul, ketahuilah wahai Syaikh yang mulia, sesungguhnya merupakan hal yang sangat sukar sekali untuk merobah metode manhaj ini. Beginilah cara dan metode mereka seperti yang diterangkan di “Apa yang telah anda sebutkan dari perbuatan jamaah ini Jamaah Tabligh seluruhnya adalah bid’ah, maka tidak boleh ikut serta sama mereka, sampai mereka berpegang teguh dengan manhaj kitab dan sunnah serta meninggalkan bid’ah-bid’ah.”Tertanda Ketua Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Anggota Abdul Aziz bin Abdullah Ali Syaikh. Anggota Sholeh bin Fauzan Al Fauzan. Anggota Bakr bin Abdullah Abu Syaikh Alaamah Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh Fatwa Syaikh Alaamah Muhammad bin Ibrahim Ali Syaikh tentang tahdzir peringantan dari jamaah tabligh.“Dari Muhammad bin Ibrahim kepada hadapan pangeran Khalid bin Su’ud, pimpinan kantor kerajaan yang terhormat, assalamu’alikum warahmatullah wabarakatu dan selanjutnya Sungguh saya telah menerima surat Pangeran no 36/4/5-d, tertanggal 21/1/1382 H beserta lampirannya, hal itu adalah harapan yang diangkat kepada hadapan dipertuan agung Raja yang terhormat, dari Muhammad Abdul Majid Al Qadiri, Syah Ahmad Nurani, Abdus Salam Al Qadiri dan Su’ud Ahmad Ad Dahlawi, sekitar permohonan mereka minta bantuan untuk proyek organisasi mereka yang mereka namakan Kuliah Da’wah Tabligh Al Islamiyah dan begitu juga buku-buku kecil yang dilampirkan bersama surat mereka. Saya mengemukakan kepada hadapan Pangeran, bahwasanya organisasi ini tidak ada kebaikan di dalamnya, karena sesungguhnya ia adalah organisasi bid’ah dan sesat. Dan dengan membaca buku-buku kecil yang dilampirkan dengan surat mereka, maka kami telah menemukan buku-buku itu mengandung kesesatan, bid’ah dan dakwah ajakan kepada mengibadati kubur dan syirik. Hal itu adalah perkara yang tidak mungkin didiamkan. Oleh karena itu kami insya Allah akan membalas surat mereka dengan apa yang mungkin menyingkap kesesatan mereka dan membantah kebatilan mereka. Dan kita mohon kepada Allah semoga Dia menolong agama-Nya, dan mengangkat kalimat-Nya, wassalamu’alikum warahmatullah”. S-M-405 pada tanggal 29/1/1382H.Rujuklah ke Kitab Alqaulul Baligh fit Tahdzir Min Jamaatit Tabligh, oleh Syaikh Hamud At Tuwaijiri halaman 289Fatwa Syaikh Alaamah Muhammad Nashiruddin Al-Albani Fatwa Syaikh Alaamah Muhammad Nashiruddin Al Albani tentang Jamaah pernah ditanya “Apakah pendapat Syaikh tentang Jamaah Tabligh, apakah boleh bagi pelajar penuntut ilmu atau lainnya untuk khuruj keluar bersama mereka dengan dalih berdakwah kepada Allah ?Maka beliau menjawab Jamaah Tabligh tidak berdiri berdasarkan atas manhaj kitabullah dan sunnah rasul-Nya alaihi salawat wa salam, dan apa yang dipegang oleh salafuu seandainya perkaranya seperti itu, maka tidaklah boleh khuruj bersama mereka, karena hal itu bertentangan dengan manhaj kita dalam menyampaikan manhaj salafus dalam medan dakwah kepada Allah, yang keluar itu adalah orang yang berilmu, adapun orang-orang yang keluar bersama mereka, yang wajib mereka lakukan adalah untuk tetap tinggal di negeri mereka dan memperlajari ilmu di mesjid-mesjid mereka, sampai-sampai mesjid-mesjid itu mengeluarkan ulama yang melaksanakan tugas dalam dakwah kepada selama kenyataanya masih seperti itu, maka wajiblah atas penuntut ilmu pelajar untuk mendakwahi mereka-mereka itu Jamaah Tabligh-pent di dalam rumah mereka sendiri, agar mempelajari kitab dan sunnah dan mengajak manusia mereka -yakni Jamaah Tabligh- tidak menjadikan dakwah kepada kitab dan sunnah sebagai dasar umum, akan tetapi mereka mengatagorikan dakwah ini sebagai pemecah. Oleh karena itu, maka mereka itu lebih cocok seperti Jamaah Ikhwan mengatakan bahwa dakwah kami berdiri atas kitab dan sunnah, akan tetapi ini hanya semata-mata ucapan, sedangkan mereka tidak ada akidah yang menyatukan mereka, yang ini Maturidi dan yang itu Asy’ari, yang ini sufi dan yang itu tidak punya karena dakwah mereka berdiri atas dasar bersatu, berkumpul, kemudian pengetahuan. Pada hakikatnya mereka tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, sungguh telah berjalan bersama mereka waktu lebih dari setengah abad, tidak pernah seorang alim pun yang lahir di tengah-tengah kita, maka kita mengatakan Berpengetahuan dulu, kemudian berkumpul, sehingga perkumpulan itu berada di atas pondasi yang tidak ada perbedaan di Jamaah Tabligh adalah sufi moderen, yang mengajak kepada akhlak. Adapun memperbaiki akidah masyarakat, maka mereka itu tidak bergeming, karena dakwah ini memperbaiki akidah -sesuai dengan prasangka mereka- memecah sungguh telah terjadi koresponden antara akh Sa’ad Al Hushain dan pemimpin Jamaah Tabligh di India atau Pakistan, maka jelaslah darinya bahwa sesungguhnya mereka itu menyetujui tawasul, dan istighatsah dan banyak hal-hal lain yang sejenis ini. Dan mereka meminta kepada anggota mereka untuk membai’at di atas emapat macam terikat ajaran, diantaranya adalah An Naqsyabandiyah, maka setiap orang tabligh seyogyanya untuk membai’at di atas dasar mungkin seorang akan bertanya Sesungguhnya Jamaah ini, disebabkan usaha anggota-anggotnya telah kembali insaf dan sadar kebanyakan manusia kepada Allah, bahkan mungkin melalui tangan-tangan mereka kebanyakan orang non muslim telah masuk Islam. Apakah ini sudah cukup sebagai dalih bolehnya untuk keluar dan bergabung bersama mereka pada apa yang mereka dakwahkan?Maka kita katakan “Sesungguhnya ucapan-ucapan ini sering kami ketahui dan kami dengar dan kami dengar juga dari orang-orang sufi!!. Ini bagaikan Ada seorang Syaikh akidahnya rusak, dan tidak pernah mengetahui sedikitpun tentang sunnah, bahkan ia memakan harta orang dengan cara batil tidak sah
. Disamping itu banyak orang yang fasik yang berdosa bertaubat lewat tangannya
.!Maka setiap jamaah yang mengajak kepada kebajikan pasti mempunyai pengikut, akan tetapi kita harus melihat kepada intisari permasalahan, kepada apakah yang mereka mengajak / berdakwah? Apakah kepada mengikuti kitabullah dan hadits Rasul, kepada akidah salafus sholeh, tidak ta’ashub fanatik mazhab, dan mengikuti sunnah, dimanapun dan sama siapapun?Maka Jamaah Tabligh, mereka tidak memiliki manhaj ilmu, akan tetapi manhaj mereka sesuai dengan tempat dimana mereka berada, mereka berubah warna dengan setiap Fatwa Imaratiyah, karangan Al Albani soal no 73 hal 38Fatwa Syaikh Alaamah Abdur Razzaq Afifi Syaikh ditanya tentang khuruj Jamaah Tabligh dalam rangka mengingatkan manusia kepada keagungan Syaikh berkata “Pada kenyataannya, sesungguhnya mereka adalah mubtadi’ orang yang membuat bid’ah yang memutar balikkan serta pelaku tarikat ajaran Qadariyah dan lainnya. Khuruj mereka bukanlah di jalan Allah, akan tetapi di jalan Ilyas pendiri Jamaah Tabligh-pent, mereka tidak mengajak kepada kitab dan sunnah, akan tetapi mengajak kepada Ilyas Syaikh mereka di khuruj dengan tujuan dakwah kepada Allah, itulah khuruj di jalan Allah, dan ini bukan khurujnya Jamaah mengetahui Jamaah Tabligh sejak zaman dahulu, mereka itu adalah pembuat bid’ah di manapun mereka berada, di Mesir, di Israil, di Amerika, di Saudi, semua mereka selalu terikat dengan syaikh mereka yaitu Ilyas”.Fatawa dan Rasail oleh samahatu Syaikh Abdur Razzaq Afifi 1/174Fatwa Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Syaikkh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan telah ditanya “Apakah pendapat Syaikh tentang orang yang keluar khuruj ke luar Kerajaan Saudi untuk berdakwah, sedangkan mereka belum pernah menuntut ilmu sama sekali, dan mereka memberikan motivasi untuk itu, dan mereka elu-elukan syi’ar yang aneh, dan mendakwakan sesungguhnya siapa yang keluar di jalan Allah untuk berdakwah, maka Allah akan memberinya ilham. Mendakwakan sesungguhnya ilmu itu bukanlah syarat yang Syaikh mengetahui bahwa di luar kerajaan Saudi ini akan ditemukan aliran-aliran dan agama-agama serta pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan kepada si Anda melihat wahai Syaikh yang mulia, sesungguhnya orang yang keluar di jalan Allah itu harus mempunyai senjata agar bisa menghadapi masyarakat, terkhusus di timur Asia, dimana mereka memerangi / membenci pembaharu dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab? Saya mohon jawaban atas pertanyaan saya ini agar manfaatnya menyebar.”Jawaban. Khuruj keluar di jalan Allah, bukanlah khuruj yang mereka maksudkan sekarang. Khuruj keluar di jalan Allah adalah keluar untuk berperang. Adapun apa yang mereka namakan dengan khuruj itu, sesungguhnya ini adalah bid’ah yang tidak pernah datang dari keluar untuk berdakwah kepada Allah, tidaklah dibatasi pada hari-hari tertentu, akan tetapi berdakwah kepada Allah sesuai dengan kesempatan dan kemampuannya, tanpa harus terikat dengan jamaah atau terikat dengan empat puluh hari atau kurang atau begitu juga, di antara yang wajib atas seorang dai, ia haruslah mempunyai ilmu, seseorang tidak boleh berdakwah kepada Allah sedangkan ia bodoh tidak berilmu, Allah berfirman قُلْ Ù‡ÙŽÙ°Ű°ÙÙ‡Ù ŰłÙŽŰšÙÙŠÙ„ÙÙŠ ŰŁÙŽŰŻÙ’Űčُو Ű„ÙÙ„ÙŽÙ‰ Ű§Ù„Ù„Ù‘ÙŽÙ‡Ùâ€œInilah jalanku, yang aku mengajak kepada Allah di atas pengetahuan”Yaitu atas ilmu, karena seorang dai mesti mengetahui apa yang akan didakwahinya, berupa hukum-hukum yang wajib, yang sunat, yang haram dan yang makruh. Dia harus mengetahui apa itu syirik, maksiat, kekufuran, kefasikan, kemaksiatan. Dan harus mengetahui tingkat-tingkat pengingkaran, dan bagaimana cara yang menyebabkan disibukan dari menuntut ilmu adalah perkara yang batil salah, karena menuntut ilmu itu adalah fardu kewajiban, dan ilmu itu tidak bisa didapatkan kecuali dengan cara belajar, tidak akan didapatkan dengan cara ilham, ini merupakan khurafat sufi yang sesat, karena amal tanpa ilmu adalah kesesatan. Dan tentu meraih ilmu tanpa belajar adalah angan-angan yang salah.[Diterjemahkan oleh Muhammad Elvi Syam Lc, Dai dan Penerjemah di Islamic Dawa & Guidance Center di Hail. Dari kitab Tsalatsu Muhadharat fil Ilmi Wad Da’wah, Penulis Syaikh Rabi bin Hadi Al Madkhali] kFEMdHC.
  • r4anvqy5k3.pages.dev/382
  • r4anvqy5k3.pages.dev/44
  • r4anvqy5k3.pages.dev/120
  • r4anvqy5k3.pages.dev/246
  • r4anvqy5k3.pages.dev/89
  • r4anvqy5k3.pages.dev/244
  • r4anvqy5k3.pages.dev/271
  • r4anvqy5k3.pages.dev/228
  • r4anvqy5k3.pages.dev/129
  • doa musyawarah jama ah tabligh